Sunday 30 April 2017

MAJAS



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Majas merupakan bahasa yang kias, bahasa yang dipergunakan untuk menciptakan efek tertentu. Majas memiliki keindahan bahasa tersendiri, karena itu penulis tertarik untuk mengkaji tentang majas dan peribahasa. karena majas merupakan gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. Dari keindahan gaya bahasa yang dipakai, majas merupakan bentuk sebuah ungkapan perasaan dari pengarang. Majas sering disebut gaya bahasa. Disamping itu kita juga perlu memahami tentang majas, karena majas itu pemahaman, misalnya mencari majas personifikasi sebuah kalimat yang aneh terdengar. Karena majas ini, terjadi pergeseran makna yang dapat kita masukkan ke dalam bentuk majas penginsanan. Di samping majas personifikasi , kita mengenal majas metafora. Untuk memperjelas dan memperkuat satu pernyataan,pemakai bahasa membuat perbandingan antara apa yang dimaksud dengan benda atau barang yang lain.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.      Apa pengertian majas?
2.      Jenis-jenis majas?
3.      Apa makna majas?
C.     Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diambil antara lain sebagai berikut:
1.      Memahami pengertian majas.
2.      Mengetahui jenis-jenis majas.
3.      Memahami makna majas.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Majas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Dengan kata lain, gaya bahasa atau majas adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan makna yang sebenarnya. Sedangkan menurut Prof.Dr.H.G.Tarigan bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.
Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. Majas merupakan bahasa yang kias, bahasa yang dipergunakan untuk menciptakan efek tertentu. Majas sering disebut gaya bahasa.

B.     Jenis-jenis Majas
1.      Majas Perbandingan
a.        Personifikasi
Adalah majas yang membandingkan banda-benda tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
Contoh:
Ø  Kereta api tua itu meraung-raung di tengah kesunyian malam jum’at pahing.
Ø  Awan menari-nari di angkasa. 
b.      Perumpamaan/Simik
Adalah majas yang membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh pemakai membandingkan bagai, bagaikan, seperti, ibarat, serupa, dan kata pembanding lainnya.
Contoh:
Perhatikan puisi berikut!
Ø  Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai (dari padamu jua, karya Amir Hamzah)
c.       Metafora
Adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat. Bedanya dengan simile, metafora tidak menggunakan kata-kata pembanding. Contoh:
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
(dari AKU, karya Chairil Anwar)
d.      Alegori
Adalah majas yang mempertautkan satu hal atau kejadian dengan hal atau kejadian lain dalam satu kesatuan yang utuh.
Contoh:
Teratai
Kepada Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun bersemi laksami mengarang
Biarpun ia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
(Sanusi Pane)
Dalam puisi teratai, penyair menyimbolkan Ki Hajar Dewantara dengan kuntum bunga teratai dengan maksud untuk menautkan ciri-ciri bunga teratai dengan gagasan, pikiran, dan cita-cita tokoh pendidikan tersebut.
2.      Majas Pertentangan
Majas pertentangan antara lain meliputi: hiperbola, litotes, ironi, dan paradoks.
a.       Hiperbola
Adalah majas yang mengandung pernyataan berlebih-lebihan dengan maksud untuk mempertebal, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Contoh:
Tuhanku
Aku hilang bentuk Remuk
(dari DOA, Chairil Anwar)
b.      Litotes
Adalah majas yang mengurangi, mengecil-kecilkan kenyataan yang sebenarnya. Tujuannya, antara lain, untuk merendahkan diri.
 Contoh:
Ø  Mampirlah ke gubuk saya! (padahal rumahnya besar dan mewah)
c.       Ironi
Adalah majas yang menyatakan makna pertentangan dengan maksud untuk menyindir atau mengolok-olok.
 Contoh:
Ø  Pandai sekali kau, baru datang ketika rapat mau selesai.
d.      Paradoks
Adalah majas yang antar bagian-bagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh:
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia berbaring, tetapi bukan tidur sayang
(dari Pahlawan Tidak Dikenal, karya Toko Sudarto Bachtiar)
3.      Majas Pertautan
Majas pertautan antara lain meliputi: metonimia, sinekdoke, alusia, dan ellipsis.
a.       Metonimia
Adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal lainnya sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau buatannya. Bisa pula kita menyebut bahan dari barang yang dimaksud.
Contoh:
Ø  Dikebun binatang mereka terus berkodak.
(berkodak: berfoto, ditautkan dengan nama salah satu merek kamera).
b.      Sinekdok
Adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya, ataupun sebaliknya. Sinekdoke dibedakan menjadi dua macam:
1)      Pars prototo, yaitu majas yang menyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud adalah keseluruhan.
Contoh:
Ø  Dari jauh sudah terlihat batang hidungnya.
Ø  Dia telah menjual sejengkal tanahnya untuk menyambung hidupnya.
2)      Totem Proparte, yaitu majas yang menyebutkan keseluruhan, tetapi yang dimaksud adalah sebagian.
Contoh:
Ø  Indonesia menang dalam pertandingan bulu tangkis di Korea.
Ø  Kampungku berpartisipasi dalam lomba voli tingkat kecamatan.
c.       Alusio
Adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung pada suatu tokoh atau peristiwa yang sudah diketahui bersama.
Contoh:
Ø  Orang-orang ingin kembali memandangnya.
(dari Pahlawan Tak Dikenal, karya Toto Sudarto Bachtiar).
d.      Ellipsis
Adalah majas yang di dalamnya terdapat penghilangan kata atau bagian kalimat.
Contoh:
Ø  Kuraba mitlaliur Jepang dari baju hitam.
(dari Buku Tamu Musium Perjuangan, karya Taufiq Ismail).
4.      Majas Perulangan
Majas perulangan meliputi: aliterasi, antana klasis, repetisi, paralesisme, dan kiasmus.
a.       Aliterasi
Adalah majas yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.
Contoh:
Dengarkanlah dendang durjana
Lelaki tua putra Madura
(dari lagu Nelayan Selat Madura, karya Djawastin Hasugian).
b.      Antana Klasis
Adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh:
Pintu-pintu awan, nadi-nadi cahaya
Dan kegelapan,rimba sepi kejadian
(dari MIMPI, karya Abdul Hadi WM).
c.       Repetisi
Adalah majas perulangan kata sebagai penegasan yang diruntut dalam baris yang sama. 
Contoh:
Dalam kesunyain malam waktu, tidak berpandang, tidak berkawan.
(dari Dibawa Gelombang, karya Sanusi Pane).
d.      Paralerisme
Adalah majas perulangan kata yang disusun dalam baris yang berbeda.
Contoh:
Sunyi itu duka
Sunyi itu kudus
Sunyi itu lupa
Sunyi itu lapas
e.      Kiasmus
Adalah majas yang berisi perulangan dan sekaligus merupakan inversi.
Contoh:
Karena malam bukan siangnya gelombang dan siang bukan malamnya siang.
(dari Orang Perahu, karya Sutan Iwan Soekri Munaf).

C.     Makna Majas
Di dalam bahasa Indonesia banyak terdapat perubahan-perubahan makna. Perubahan-perubahan itu antara lain:
1.      Widereng, yaitu perubahan makna yang menyatakan bahwa cakupan makna sekarang lebih luas dari pada cakupan makna dahulu.
Contoh:
Ø  Ibu, ibu yang dahulu sudah menikah, berlayar
2.      Naureng (penyempitan), yaitu perubahan makna yang menyatakan bahwa cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada cakupan makna dahulu. Contoh:
Dahulu Sekarang
Madrasah Sekolah Agama
3.      Ameliorasi, yaitu perubahan makna sekarang lebih baik (halus) dari makna dahulu.
Contoh:
Dahulu Sekarang
Nelayan Pramuniaga

4.      Peoratif, yaitu perubahan makna yang sekarang lebih rendah dari makna dahulu.
Contoh:
Dahulu : hamil,
sekarang: Bunting
5.      Senestesia, yaitu perubahan makna yang menjadi akibat pertukaran dua indra yang berbeda.
Contoh:
Ø  mulut hati, menyakitkan

                 


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas dalam bentuk tulisan atau lisan. Majas merupakan gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang.
2.      Jenis-jenis majas dibagi menjadi menjadi 4, yaitu:
a.       Majas perbandingan, yaitu majas yang membandingskan sesuatu dengan yang lain. Antara lain: personifikasi, simik, metafora, dan alegori.
b.      Majas pertentangan, antara lain: hiperbola, litotes, ironi, dan oksimarom.
c.       Majas pertautan, antara lain: metonemia, sinekdoke, alusia, eufimisme, ellipsis, dan inversi.
d.      Majas perulangan, antara lain: aliterasi, antanaklasis, kiasmus, repetisi, dan paralelisme.
3.      Di dalam bahasa Indonesia ada makna majas yang terdapat perubahan-perubahan makna, perubahan-perubahan makna antara lain: widereng, naureng (penyempitan), ameliorasi, peoratif, dan sinestesia.

B.     Saran
majas merupakan bahasa yang kias. sebagai mana telah banyak diketahui penggunanya. Majas merupakan gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. jadi, selain untuk mewakili suatu ungkapan perasaan selebihnya kita juga perlu mengetahui dan memahami betulapa itu majas dan makna majas itu sendiri. oleh karena itu majas perlu juga pemahaman-pemahaman.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sri. S.S. 2006. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA. Klaten: Viva Pakarindo
Parera, J.D. 1998/1999. Pintar Berbahasa Indonesia. Gunung Sahari Raya: PT. Balai Pustaka

Primagama, Tentor. 2007. Panduan Belajar Kelas IX SMP. Yogyakarta: Primagama.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Kosakata. 1989. Bandung:Angkasa Bandung.


Load disqus comments

1 comments: