BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebagai
mahasisawa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia berpidato adalah suatu
kewajiban yang harus dikuasai. Dalam mata kuliah Berbicara dua juga terdapat
materi ini yang harus dipelajari bahkan langsung dipraktikkan.Tetapi terkadang
banyak ditemukan mahasisawa tidak tau bagaimana cara berpidato yang baik. Hal
ini tentunya menjadi masalah bagi mahasiswa tersebut.
Berpidato
bukanlah hal yang mudah dikuasi. Sebab pada saat berpidato sudah dapat
dipastikan akan terjadi komunikasi antara pembicara dan pendengar. Dalam
komunikasi inilah pembicara harus memiliki pengetahuan, keberanian, dan
ketabahan mental dalam menyampaikan isi pidato. Agar tidak terjadi demam
panggung. Untuk itu agar mahir dalam menyampaikan pidato yang baik maka yang
bersangkutan seharusnya menambah pengetahuan dan melatih diri dengan serius.
Dan dalam Makalah ini akan disuguhkan semua yang berkaitan dengan pidato.
Seperti, pengertian pidato,fungsi pidato, teknik pidato, dan lain-lain.
1. Apa
yang dimaksud dengan pidato?
2. Apa
saja teknik-teknik dalam berpidato.?
3. Bagaimana
cara membuka, menyampaikan isi, dan menutup pidato yang baik?
4. Apa
sisi positif dari demam panggung dan cara mengatasinya.?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian pidato.
2. Untuk
mengetahui teknik-teknik dalam berpidato.
3. Untuk
mengetahui cara membuka, menyampaikan, dan menutup pidato yang baik.
4. Untuk
mengetahui sisi positif dan cara mengatasi demam panggung.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pidato
Pidato adalah suatu
ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Contoh
pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato
pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
Pidato
menurut KBBI adalah pengungkapan pikiran dalam
bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
Pidato
merupakan salah satu wujud kegiatan berbahasa lisan. Oleh sebab itu, berpidato
memerlukan dan mementingkan ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan
bahasa lisan yang didukung oleh aspek nonbahasa, seperti ekspresi wajah, kontak
pandang dan intonasi suara. (E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, 2008:228).
Pidato yang baik
dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato
tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum
dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
Tujuan Pidato
Pidato umumnya
melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
1.
Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita
dengan suka rela.
2.
Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3.
Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur
sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
Jenis-Jenis Pidato
Berdasarkan pada
sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
1.
Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan
oleh pembaca acara atau mc.
2.
Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada
suatu pertemuan.
3.
Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang
disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat
dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4.
Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh
orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
5.
Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah
melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
6.
Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi
suatu laporan pertanggungjawaban.
Fungsi pidato
3. Menciptakan suatu keadaan yang kondusif dimana hanya perlu 1 orang saja yang
melakukan orasi/pidato
tersebut.
4. Mempermudah
komunikasi.
Kerangka Susunan Pidato
Skema susunan suatu pidato yang
baik :
1.
Pembukaan dengan salam pembuka.
2.
Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi.
3.
Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud,
tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
4.
Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup,
dll)
B. Macam-macam Teknik Pidato
1.
Teknik dengan Membacakan Teks Pidato
Banyak orang
berpendapat bahwa berpidato dengan baik hanya dapat dilakukan oleh orang yang
mempunyai bakat berpidato. Pendapat itu tidak benar karena berpidato termasuk
jenis keterampilan yang dapat dilakukanoleh setiap orang yang mempunyai minat
ditambah dengan keinginan untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain, belajar
dan berlatih itulah yang menentukan, bukan bakat. Sebab, bakat itu pengaruhnya
kecil sekali.
Ada pakar yang
mengatakan bahwa pengaruh bakat itu hanya 10%, sedangkan sisanya 90% murni hasil
belajar dan berlatih. Berpidato dapat dilakukan dengan empat macam cara, yaitu
membaca teks atau naskah, menghafal, spontanitas, dan menjabarkan kerangka
topik.
Naskah pidato
merupakan sebuah informasi yang telah disusun dengan sistematik untuk disampaikan
kepada khalayak. Pembacaannya harus memerhatikan hal-hal berikut:
a.
Volume suara harus keras dan jelas. Volume suara harus
dapat didengaroleh seluruh khalayak sehingga pendengar dapat menangkap dan
memahami informasi yang disampaikan. Apalagi jika tidak menggunakan sarana
pendukung seperti pengeras suara.
b.
Gunakan intonasi dengan baik dan benar. Membaca naskah
pidato harus memerhatikan intonasi dengan baik dan benar (tidak monoton).
Berilah tekanan pada kalimat-kalimat yang penting, misalnya kapan harus memberikan
nada tinggi dan nada melemah. Semuanya harus diatur agar pendengar tidak ikut
terbawa suasana acara pada saat itu.
c.
Jaga komunikasi dengan pendengar. Jaga pandangan antara
penglihatan Kamu pada teks pidato dengan penglihatanmu kepada khalayak.
2.
Teknik berpidato Tanpa Teks.
Penampilan seorang
pembicara ketika sedang berpidato menjadi pusat perhatian pendengar. Semua yang
ada pada pembicara semuanya diperhatikan, mulai dari pakaian, potongan rambut,
sampai caranya berjalan menuju pdium. Bahkan cara berdirinya pun tidak luput
dari pengamatan pendengar.
Pandangan mata
harus dilakukan secara merata menjangkau semua pendengar baik yang di depan
maupun yang di belakang, baik yang di sebelah kiri maupun yang di sebelah
kanan, pandangan yang merata itu sebaiknya harus disertai dengan senyum ceria
yang ikhlas. Gunanya adalah agar semua pendengar merasa diajak bicara.Agar
kegiatan pidato yang dilakukan menarik hati dan perhatian pendengar, seorang
pembicara harus mampu memilih metode pidato yang baik.
Berpidato tanpa
teks dapat dilakukan melalui dua cara, yakni dengan menghafal naskah pidato
(memoriter) terlebih dahulu atau hanya menuliskan topik-topik pokoknya yang
dijabarkan dalam kerangka (ekstemporan). Berpidato dengan cara menghafal hanya
bisa dilakukan kalau naskahnya pendek. Hal ini dapat dipahami karena kemampuan
manusia untuk menghafalkan naskah sangat terbatas.
Berpidato dengan
menghafalkan naskah sebenarnya bertentangan dengan kebiasaan sehari-hari.oleh
karena itu, bila sudah sangat terpaksa, berpidato dengan cara menghafalkan
naskah harus kita hindari. Lebih baik naskah pidato kita baca berulang-ulang
saja (tidak perlu dihafalkan). Artinya, kalimat-kalimatnya tidak perlu sama dengan
naskah tetapi isinya sama. Pidato jenis ini yaitu dengan cara menuliskan pesan
pidato kemudian diingat kata demi kata. Seperti manuskrip, memriter
memungkinkan ungkapan yang tepat, rganisasi berencana, pemilihan bahasa yang
teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena
pesan sudah tepat, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dengan
pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang
spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat. Bahaya
besar timbul bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan.
3.
Teknik menghafal (memoriter) mempunyai keunggulan dan
kelemahan
a.
Keunggulannya antara lain:
1.
lancar kalau benar-benar hafal;
2.
tidak ada yang salah kalau benar-benar hafal; dan
3.
mata pembicara dapat memandang pendengar.
b.
Kelemahan teknik menghafal antara lain:
1.
pembicara cenderung berbicara cepat tanpa penghayatan;
2.
tidak dapat menyesuaikan dengan situasi dan reaksi
pendengar; dan
3.
kalau lupa, pidatonya gagal total.
4.
Teknik Ekstemporan
Teknik lain yang
dapat digunakan adalah dengan cara membuat catatan garis besar pidato dan
menjabarkannya ke dalam kerangka (ekstemporan). Berpidato dengan cara ini
sangat dianjurkan karena sifatnya sangat fleksibel. Pembicara dituntun oleh
kerangka yang dibuatnya. Kerangka itu dikembangkan secara langsung dan dilihat
saat diperlukan saja. Pembicara juga bebas menyesuaikan dengan reaksi dan
situasi pendengar. Kalau kerangka pidato yang dibuat sudah dapat diingat
pembicara dapat tampil tanpa membawa secarik kertas. Hal ini tentu lebih baik
lagi, karena pembicara lebih konsentrasi meningkatkan kualitas pidatonya agar
lebih menarik. Pidato dengan teknik ekstemporan mempunyai keunggulan dan
kelemahan.
Keunggulannya antara lain:
1.
pokok-pokok isi pidato tak ada yang terlupakan;
2.
penyampaian isi pidato runtut;
3.
kemungkinan salah dan lupa kecil; dan
4.
interaksi dengan pendengar sangat komunikaif.
Kelemahannya antara lain:
1.
tangan cenderung kurang bebas bergerak karena memegang
kertas jika tidak hafal;
2.
terkesan kurang siap karena sering melihat catatan jika
tidak hafal;
3.
pemakaian bahasa kurang baik.
Setiap teknik
berpidato mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, setiap orang mungkin
berbeda pilihannya dengan yang lain karena sangat bergantung pada kesiapan dan
kemahiran dalam mempraktikkannya. Untuk meningkatkan keterampilan berpidato tanpa
teks, pada pelajaran ini kamu akan berlatih dengan menggunakan teknik
ekstemporan yakni hanya menuliskan garis besar pembicaraan. Perhatikan
langkah-langkah berikut.
1.
Menentukan Tema.Tentukanlah tema pembicaraan yang akan
kamu sampaikan dalam pidato. Tema yang dipilih merupakan masalah yang aktual
dan faktual serta mampu menarik perhatian peserta pidato.
2.
Mencatat Pokok-pokok Pidato. Catatlah pokok-pokok
pembicaraan yang akan disampaikan dalam pidato secara runtut, utuh, dan jelas.
3.
Menyampaikan Pidato. Sekarang pikirkanlah bagaimana
kamu akan menyampaikan pidato! Pikirkan bagaimana kamu akan membuka pembicaraan
saat pidato, menyampaikan pidato, dan menutup pembicaraan dalam pidato. Penyampaian pidato hendaknya sistematis serta
menggunakan bahasa yang baik dan komunikaif.
C. Cara Membuka, Menyampaikaan isi, dan Menutup Pidato
Ada beberapa cara
yang dapat dipilih untuk membuka pidato, menyampaikan isi pidato, dan menutup
pembicaraan dalam pidato. Perhatikan uraian berikut ini:
1.
Cara membuka pidato
Pembukaan pidato
diucapkan setelah pembicara menyampaikan salam dan sapaan kepada pendengar.
Yang dilakukan pembicara adalah mengucapkan salam dan menyapa pendengar dengan
sapaan yang tulus, ramah, dan bersahabat. Sapaan yang lazim digunakan antara
lain: Bapak dan Ibu yang saya hormati, Saudara-saudara yang saya banggakan atau
sapaan-sapaan lainnya. Jumlah yang disapa jangan terlalu banyak. Satu,dua, atau
tiga sudah cukup. Kalau terlalu banyak, bisa menimbulkan kebsanan. Apalagi
kalau pembicara tampil berpidato pada giliran terakhir, sedangkan
pembicara-pembicara sebelumnya sudah menyebutkan sapaan-sapaan yang sama.
Dalam setiap
komunikasi peranan pembuka sangat penting. Lancar tidaknya komunikasi banyak
ditentukan oleh pembuka. Demikian
pula dalam berpidato. Pembuka pidato yang jelek dapat menimbulkan kesan
permusuhan yang menghambat kelancaran komunikasi. Sebaliknya, pembuka yang
menyenangkan inilah yang mendukung kelancaran berpidato sehingga tujuan pidato
mudah dicapai.
Terdapat beberapa
kiat membuka pidato, diantaranya dengan menyampaikan hal-hal berikut:
a.
Mengucapkan rasa syukur.
b.
Menceritakan pengalaman.
c.
Menebar humor.
d.
Memperkenalkan diri.
e.
Menyampaikan gambaran umum.
f.
Menyebutkan fakta pendengar.
g.
Menyebutkan contoh nyata.
h.
Menyampaikan kutipan.
i.
Melibatkan peserta
j.
Menunjukkan
benda peraga
2.
Cara menguraikan isi pidato
Pembicara dapat
menyampaikan isi pidatonya dengan memerhatikan hal-hal berikut:
a.
Tujuan pidato, apakah tujuannya untuk memberitahukan,
menghibur, atau mengajak.
b.
Suasana dan situasi pidato, resmi atau tidak resmi.
c.
Pendekatan yang digunakan, apakah menggunakan
pendekatan intelektual, moral, atau emosional. Jika menggunakan pendekatan
intelektual, pembicara harus mengutamakan penalaran.
Berbagai alasan,
bukti, dan contoh sangat diperlukan dalam menguraikan isi pidato. Jika
menggunakan pendekatan mral, pembicara lebih mengutamakan masalah mral dan
keagamaan. Jika menggunakan pendekatan emsinal, pembicara harus lebih
mengutamakan emsi dapat menyentuh masalah semangatnya, kebutuhannya,
lingkungannya, keramahannya, atau yang lainya, mereka mudah terhanyut dan mudah
menerima isi pidato. Berdasarkan uraian di atas, pembicara sangat bijaksana
kalau melihat, mengamati, dan menganalisis tujuan, situasi, dan pendekatan yang
akan digunakan sebelum berpidato.
3.
Cara menutup pidato
Ada tiga kesalahan
besar yang sering dilakukan pembicara dalam menutup pidato. Pertama, pembicara
tidak tahu persis di mana harus berhenti. Kedua, ada pembicara yang sebenarnya
ingin mengakhiri pidatonya, tetapi sulit berhenti deperti kendaraan tanpa rem.
Ia berbicara apa saja, berputar-putar tak menentu. Ketiga, kesalahan yang
paling besar seakan tak beromanfaat, pembicara menutup pidato dengan
mengucapkan kalimat seperti berikut:
”Demikianlah yang bisa saya katakan
pada kesempatan ini. Karena apa yang akan saya katakan sudah saya katakan
semuanya, maka saya tidak akan memperpanjang lagi pidato saya. Karena itu saya
akhiri sekian”.Penutupan pidato seperti itu tidak bermakna apa-apa. Cara-cara
menutup pidato berikut ini dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan atau situai
dan kondisi:
a.
Menyingkat atau menyimpulkan.
b.
Memuji
pendengar.
c.
Menyampaikan kalimat-kalimat lucu.
d.
Meminta pendengar untuk bertindak.
e.
Menyampaikan ungkapan terkenal.
f.
Melantunkan pantun.
Setiap orang mempunyai potensi
berpidato atau berorasi atau berbicara di depan khalayak umum. Kemampuan
berpidato ini bisa didapat dari latihan atau bahkan sememang bakat bawaan. Bagi
yang ingin berlatih pidato, perlu mengetahui teknik dan tata cara berpidato
yaitu :
1.
Mengetahui
tujuan berpidato. Pidato yang akan disampaikan ditujukan untuk membicarakan hal
apa saja? Hal ini dapat disebut juga Tema Pidato. Perlu juga mengetahui dimana
tempat berpidato dan siapa saja yang akan menjadi pendengar.
2.
Materi atau Bahan pidato sesuai dengan Tema
Pidato yang akan disampaikan. Jika pidato bertema pendidikan, maka bahan pidato
adalah hal-hal yang mengenai pendidikan, baik tentang pendidikan smp, sma, atau
hal-hal lain yang menyangkut pendidikan. pidato
3.
Untuk
pemula seperti anak smp maupun anak sma, dua teknik pidato yang disarankan
adalah teknik Naskah (membaca naskah pidato) yang dapat dilanjutkan ke teknik
Memoriter (menghapal pidato). Jika kemampuan telah cukup, maka dapat digunakan
teknik Ekstemporan (garis-garis besar atau konsep naskah pidato) atau bahkan
dapat menggunakan teknik Impromptu (serta merta tanpa persiapan).
4.
Untuk
pemula, perlu melatih suara, pengucapan, intonasi kalimat dan juga artikulasi
serta perlu mengetahui jeda pembacaan sehingga pidato enak didengar dengan
menggunakan nada bicara yang tegas lugas tidak berirama sepeti membaca puisi
atau berdeklamasi.
5.
Berpenampilanlah
yang rapi saat berpidato, karena akan menjadi titik sentral pandangan umum.
6.
Menggunakan
bahasa tubuh sebaik mungkin yaitu gerakan tangan dan anggota tubuh sesuai
dengan irama pidato tapi tidak secara berlebihan.
7.
Menyisipkan
humor pada pidato disesuaikan dengan keadaan dan tujuan pidato. Jika pidato
pada acara pemakaman mayat, jangan sekali-sekali menyisipkan humor.
8.
Berpidatolah
sesuai panjang waktu yang wajar. Untuk pemula sebaiknya menggunakan waktu yang
pendek saja.
9.
Tidak
menggunakan kata yang berulang-ulang kecuali dibutuhkan untuk penekanan tujuan.
D.
Sisi
Positif Demam Panggung
Di samping sisi
negatifnya yang bisa menimbulkan kekhawatiran dan rasa tidak percaya diri di
depan umum, demam panggung juga memiliki sisi positif. Anda menjadi lebih
perhatian terhadap gerakan dan posisi tubuh. Anda juga lebih fokus terhadap
materi yang akan disampaikan. Rasa takut itu merupakan teman karena membuat
refleks anda semakin tajam, energi meningkat, dan mata menjadi lebih awas.
Jadi ketika Anda
merasa nervous (gugup) ketika hendak tampil di depan
umum, berusahalah untuk rileks. Biarkan perasaan gugup itu hinggap sebentar dan secara
perlahan alirkan ke luar sehingga Anda bisa mengambil kendali lagi. Manfaatkan
sisi positif rasa gugup tadi untuk membuat pidato atau presentasi Anda lebih
mantap.
E.
Cara Menghilangkan
Rasa Gugup Ketika Berpidato
Rasa gugup ini bisa
diatasi dengan melakukan visualisasi hal-hal positif seperti:
1. Bayangkan
audiens menikmati pidato Anda, mereka menatap dengan antusias, mendengarkan
dengan sungguh-sungguh dan bertepuk tangan.
2. Bayangkan
betapa baiknya apa yang akan Anda tampilkan.
3. Bayangkan
audiens adalah teman-teman Anda yang biasa diajak ngobrol dan bercanda.
4. Ingat
momen-momen bahagia dan indah yang pernah Anda miliki sebelumnya.
Hal di atas
merupakan cara yang bisa dilakukan ketika rasa gugup atau demam panggung
melanda pada detik-detik menjelang tampil di atas pentas. Lantas bagaimana agar
demam panggung ini bisa berkurang sampai pada kadar yang pas?
Jawabnya adalah lakukan persiapan yang
matang. Ini bisa dilakukan dengan cara:
1. Persiapkan
dengan baik untuk seluruh materi pembicaraan anda.
3. Lakukan rehearsal ( latihan) di hadapan teman-teman anda
4. Antisipasi
pertanyaan sulit dengan memperkirakan jenis pertanyaan tersebut dan jawabannya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat diambil dari makalah ini antara lain:
1.
Pidato
adalah suatu ucapan
dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak,
dengan tujuan mempengaruhi penyimak agar mau mengikuti kemauan kita dengan
sukarela, dan memberikan suatu pemahaman atau informasi pada
orang lain.
2.
Macam-macam
teknik pidato antara lain:
a.
Teknik dengan Membacakan Teks Pidato
b.
Teknik
berpidato tanpa teks (impromtu)
c.
Teknik
menghapal (memoriter)
d.
Teknik
menggunakan catatan kecil (ekstemporan)
3.
Cara
mengatasi rasa gugup dalam berpidato yaitu dengan membayangkan atau menganggap
suatu objek yang menyenangkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan Amran Tasai S. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
AKADEMIKA PRESSINDO.
Anonim.
2012. /Pidato.http://id. 2012 . ramlannarie.wordpress.com
/pengertian-pidato-tujuan-sifat-metode-susunan-dan-persiapan-pidato-sambuta. Diakses
tanggal 25 februari 2012.
Anonim. 2012. /pidato. http://id. 2012. wikipedia.org/wiki/Pidato. Diakses tanggal 25 februari 2012.
Anonim.
2012. /pidato. http://www. 2012. attayaya.net/2011/04/tata-cara-pidato-yang-baik-dan-benar.html. Diakses tanggal 25 februari 2012.
Anonim.
2012. /pidato. http://id. 2012. sugikmaut.blog.com/?p=22. Diakses tanggal 25 februari 2012.
Anonim.
2012. /pidato. http://www. 2012. muhammadnoer.com/2010/03/mengatasi-rasa-takut-berbicara-di-depan-publik/. Diakses tanggal 25 februari 2012.
0 comments