Sunday 30 April 2017

PIDATO


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagai mahasisawa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia berpidato adalah suatu kewajiban yang harus dikuasai. Dalam mata kuliah Berbicara dua juga terdapat materi ini yang harus dipelajari bahkan langsung dipraktikkan.Tetapi terkadang banyak ditemukan mahasisawa tidak tau bagaimana cara berpidato yang baik. Hal ini tentunya menjadi masalah bagi mahasiswa tersebut.
Berpidato bukanlah hal yang mudah dikuasi. Sebab pada saat berpidato sudah dapat dipastikan akan terjadi komunikasi antara pembicara dan pendengar. Dalam komunikasi inilah pembicara harus memiliki pengetahuan, keberanian, dan ketabahan mental dalam menyampaikan isi pidato. Agar tidak terjadi demam panggung. Untuk itu agar mahir dalam menyampaikan pidato yang baik maka yang bersangkutan seharusnya menambah pengetahuan dan melatih diri dengan serius. Dan dalam Makalah ini akan disuguhkan semua yang berkaitan dengan pidato. Seperti, pengertian pidato,fungsi pidato, teknik pidato, dan lain-lain.


B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pidato?
2.      Apa saja teknik-teknik dalam berpidato.?
3.      Bagaimana cara membuka, menyampaikan isi, dan menutup pidato yang baik?
4.      Apa sisi positif dari demam panggung dan cara mengatasinya.?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian pidato.
2.      Untuk mengetahui teknik-teknik dalam berpidato.
3.      Untuk mengetahui cara membuka, menyampaikan, dan menutup pidato yang baik.
4.      Untuk mengetahui sisi positif dan cara mengatasi demam panggung. 



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Pidato
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
Pidato menurut KBBI adalah pengungkapan pikiran dalam  bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
Pidato merupakan salah satu wujud kegiatan berbahasa lisan. Oleh sebab itu, berpidato memerlukan dan mementingkan ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan yang didukung oleh aspek nonbahasa, seperti ekspresi wajah, kontak pandang dan intonasi suara. (E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, 2008:228).
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
Tujuan Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
1.      Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
2.      Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3.      Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
Jenis-Jenis Pidato
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
1.      Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc.
2.      Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
3.      Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
4.      Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
5.      Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
6.      Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
Fungsi pidato
1.      Mempermudah komunikasi antar atasan dan bawahan.
2.      Mempermudah komunikasi antar sesama anggota organisasi.
3.      Menciptakan suatu keadaan yang kondusif dimana hanya perlu 1 orang saja yang melakukan orasi/pidato tersebut.
4.      Mempermudah komunikasi.
Kerangka Susunan Pidato
Skema susunan suatu pidato yang baik :
1.      Pembukaan dengan salam pembuka.
2.      Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi.
3.      Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
4.      Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)
B.     Macam-macam Teknik Pidato
1.      Teknik dengan Membacakan Teks Pidato
Banyak orang berpendapat bahwa berpidato dengan baik hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai bakat berpidato. Pendapat itu tidak benar karena berpidato termasuk jenis keterampilan yang dapat dilakukanoleh setiap orang yang mempunyai minat ditambah dengan keinginan untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain, belajar dan berlatih itulah yang menentukan, bukan bakat. Sebab, bakat itu pengaruhnya kecil sekali.
Ada pakar yang mengatakan bahwa pengaruh bakat itu hanya 10%, sedangkan sisanya 90% murni hasil belajar dan berlatih. Berpidato dapat dilakukan dengan empat macam cara, yaitu membaca teks atau naskah, menghafal, spontanitas, dan menjabarkan kerangka topik.
Naskah pidato merupakan sebuah informasi yang telah disusun dengan sistematik untuk disampaikan kepada khalayak. Pembacaannya harus memerhatikan hal-hal berikut:
a.       Volume suara harus keras dan jelas. Volume suara harus dapat didengaroleh seluruh khalayak sehingga pendengar dapat menangkap dan memahami informasi yang disampaikan. Apalagi jika tidak menggunakan sarana pendukung seperti pengeras suara.
b.      Gunakan intonasi dengan baik dan benar. Membaca naskah pidato harus memerhatikan intonasi dengan baik dan benar (tidak monoton). Berilah tekanan pada kalimat-kalimat yang penting, misalnya kapan harus memberikan nada tinggi dan nada melemah. Semuanya harus diatur agar pendengar tidak ikut terbawa suasana acara pada saat itu.
c.       Jaga komunikasi dengan pendengar. Jaga pandangan antara penglihatan Kamu pada teks pidato dengan penglihatanmu kepada khalayak.
2.      Teknik berpidato Tanpa Teks.
Penampilan seorang pembicara ketika sedang berpidato menjadi pusat perhatian pendengar. Semua yang ada pada pembicara semuanya diperhatikan, mulai dari pakaian, potongan rambut, sampai caranya berjalan menuju pdium. Bahkan cara berdirinya pun tidak luput dari pengamatan pendengar.
Pandangan mata harus dilakukan secara merata menjangkau semua pendengar baik yang di depan maupun yang di belakang, baik yang di sebelah kiri maupun yang di sebelah kanan, pandangan yang merata itu sebaiknya harus disertai dengan senyum ceria yang ikhlas. Gunanya adalah agar semua pendengar merasa diajak bicara.Agar kegiatan pidato yang dilakukan menarik hati dan perhatian pendengar, seorang pembicara harus mampu memilih metode pidato yang baik.
Berpidato tanpa teks dapat dilakukan melalui dua cara, yakni dengan menghafal naskah pidato (memoriter) terlebih dahulu atau hanya menuliskan topik-topik pokoknya yang dijabarkan dalam kerangka (ekstemporan). Berpidato dengan cara menghafal hanya bisa dilakukan kalau naskahnya pendek. Hal ini dapat dipahami karena kemampuan manusia untuk menghafalkan naskah sangat terbatas.
Berpidato dengan menghafalkan naskah sebenarnya bertentangan dengan kebiasaan sehari-hari.oleh karena itu, bila sudah sangat terpaksa, berpidato dengan cara menghafalkan naskah harus kita hindari. Lebih baik naskah pidato kita baca berulang-ulang saja (tidak perlu dihafalkan). Artinya, kalimat-kalimatnya tidak perlu sama dengan naskah tetapi isinya sama. Pidato jenis ini yaitu dengan cara menuliskan pesan pidato kemudian diingat kata demi kata. Seperti manuskrip, memriter memungkinkan ungkapan yang tepat, rganisasi berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena pesan sudah tepat, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat. Bahaya besar timbul bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan.
3.      Teknik menghafal (memoriter) mempunyai keunggulan dan kelemahan
a.       Keunggulannya antara lain:
1.      lancar kalau benar-benar hafal;
2.      tidak ada yang salah kalau benar-benar hafal; dan
3.      mata pembicara dapat memandang pendengar.
b.      Kelemahan teknik menghafal antara lain:
1.      pembicara cenderung berbicara cepat tanpa penghayatan;
2.      tidak dapat menyesuaikan dengan situasi dan reaksi pendengar; dan
3.      kalau lupa, pidatonya gagal total.
4.      Teknik Ekstemporan
Teknik lain yang dapat digunakan adalah dengan cara membuat catatan garis besar pidato dan menjabarkannya ke dalam kerangka (ekstemporan). Berpidato dengan cara ini sangat dianjurkan karena sifatnya sangat fleksibel. Pembicara dituntun oleh kerangka yang dibuatnya. Kerangka itu dikembangkan secara langsung dan dilihat saat diperlukan saja. Pembicara juga bebas menyesuaikan dengan reaksi dan situasi pendengar. Kalau kerangka pidato yang dibuat sudah dapat diingat pembicara dapat tampil tanpa membawa secarik kertas. Hal ini tentu lebih baik lagi, karena pembicara lebih konsentrasi meningkatkan kualitas pidatonya agar lebih menarik. Pidato dengan teknik ekstemporan mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Keunggulannya antara lain:
1.      pokok-pokok isi pidato tak ada yang terlupakan;
2.      penyampaian isi pidato runtut;
3.      kemungkinan salah dan lupa kecil; dan
4.      interaksi dengan pendengar sangat komunikaif.
Kelemahannya antara lain:
1.      tangan cenderung kurang bebas bergerak karena memegang kertas jika tidak hafal;
2.      terkesan kurang siap karena sering melihat catatan jika tidak hafal;
3.      pemakaian bahasa kurang baik.
Setiap teknik berpidato mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, setiap orang mungkin berbeda pilihannya dengan yang lain karena sangat bergantung pada kesiapan dan kemahiran dalam mempraktikkannya. Untuk meningkatkan keterampilan berpidato tanpa teks, pada pelajaran ini kamu akan berlatih dengan menggunakan teknik ekstemporan yakni hanya menuliskan garis besar pembicaraan. Perhatikan langkah-langkah berikut.
1.      Menentukan Tema.Tentukanlah tema pembicaraan yang akan kamu sampaikan dalam pidato. Tema yang dipilih merupakan masalah yang aktual dan faktual serta mampu menarik perhatian peserta pidato.
2.      Mencatat Pokok-pokok Pidato. Catatlah pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan dalam pidato secara runtut, utuh, dan jelas.
3.      Menyampaikan Pidato. Sekarang pikirkanlah bagaimana kamu akan menyampaikan pidato! Pikirkan bagaimana kamu akan membuka pembicaraan saat pidato, menyampaikan pidato, dan menutup pembicaraan dalam pidato.  Penyampaian pidato hendaknya sistematis serta menggunakan bahasa yang baik dan komunikaif.
C.    Cara Membuka, Menyampaikaan isi, dan Menutup Pidato
Ada beberapa cara yang dapat dipilih untuk membuka pidato, menyampaikan isi pidato, dan menutup pembicaraan dalam pidato. Perhatikan uraian berikut ini:
1.      Cara membuka pidato
Pembukaan pidato diucapkan setelah pembicara menyampaikan salam dan sapaan kepada pendengar. Yang dilakukan pembicara adalah mengucapkan salam dan menyapa pendengar dengan sapaan yang tulus, ramah, dan bersahabat. Sapaan yang lazim digunakan antara lain: Bapak dan Ibu yang saya hormati, Saudara-saudara yang saya banggakan atau sapaan-sapaan lainnya. Jumlah yang disapa jangan terlalu banyak. Satu,dua, atau tiga sudah cukup. Kalau terlalu banyak, bisa menimbulkan kebsanan. Apalagi kalau pembicara tampil berpidato pada giliran terakhir, sedangkan pembicara-pembicara sebelumnya sudah menyebutkan sapaan-sapaan yang sama.
Dalam setiap komunikasi peranan pembuka sangat penting. Lancar tidaknya komunikasi banyak ditentukan oleh pembuka. Demikian pula dalam berpidato. Pembuka pidato yang jelek dapat menimbulkan kesan permusuhan yang menghambat kelancaran komunikasi. Sebaliknya, pembuka yang menyenangkan inilah yang mendukung kelancaran berpidato sehingga tujuan pidato mudah dicapai.
Terdapat beberapa kiat membuka pidato, diantaranya dengan menyampaikan hal-hal berikut:
a.       Mengucapkan rasa syukur.
b.      Menceritakan pengalaman.
c.       Menebar humor.
d.      Memperkenalkan diri.
e.       Menyampaikan gambaran umum.
f.       Menyebutkan fakta pendengar.
g.      Menyebutkan contoh nyata.
h.      Menyampaikan kutipan.
i.        Melibatkan peserta
j.        Menunjukkan benda peraga
2.      Cara menguraikan isi pidato
Pembicara dapat menyampaikan isi pidatonya dengan memerhatikan hal-hal berikut:
a.       Tujuan pidato, apakah tujuannya untuk memberitahukan, menghibur, atau mengajak.
b.      Suasana dan situasi pidato, resmi atau tidak resmi.
c.       Pendekatan yang digunakan, apakah menggunakan pendekatan intelektual, moral, atau emosional. Jika menggunakan pendekatan intelektual, pembicara harus mengutamakan penalaran.
Berbagai alasan, bukti, dan contoh sangat diperlukan dalam menguraikan isi pidato. Jika menggunakan pendekatan mral, pembicara lebih mengutamakan masalah mral dan keagamaan. Jika menggunakan pendekatan emsinal, pembicara harus lebih mengutamakan emsi dapat menyentuh masalah semangatnya, kebutuhannya, lingkungannya, keramahannya, atau yang lainya, mereka mudah terhanyut dan mudah menerima isi pidato. Berdasarkan uraian di atas, pembicara sangat bijaksana kalau melihat, mengamati, dan menganalisis tujuan, situasi, dan pendekatan yang akan digunakan sebelum berpidato.

3.      Cara menutup pidato
Ada tiga kesalahan besar yang sering dilakukan pembicara dalam menutup pidato. Pertama, pembicara tidak tahu persis di mana harus berhenti. Kedua, ada pembicara yang sebenarnya ingin mengakhiri pidatonya, tetapi sulit berhenti deperti kendaraan tanpa rem. Ia berbicara apa saja, berputar-putar tak menentu. Ketiga, kesalahan yang paling besar seakan tak beromanfaat, pembicara menutup pidato dengan mengucapkan kalimat seperti berikut:
”Demikianlah yang bisa saya katakan pada kesempatan ini. Karena apa yang akan saya katakan sudah saya katakan semuanya, maka saya tidak akan memperpanjang lagi pidato saya. Karena itu saya akhiri sekian”.Penutupan pidato seperti itu tidak bermakna apa-apa. Cara-cara menutup pidato berikut ini dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan atau situai dan kondisi:
a.       Menyingkat atau menyimpulkan.
b.       Memuji pendengar.
c.       Menyampaikan kalimat-kalimat lucu.
d.      Meminta pendengar untuk bertindak.
e.       Menyampaikan ungkapan terkenal.
f.       Melantunkan pantun.
Setiap orang mempunyai potensi berpidato atau berorasi atau berbicara di depan khalayak umum. Kemampuan berpidato ini bisa didapat dari latihan atau bahkan sememang bakat bawaan. Bagi yang ingin berlatih pidato, perlu mengetahui teknik dan tata cara berpidato yaitu :
1.      Mengetahui tujuan berpidato. Pidato yang akan disampaikan ditujukan untuk membicarakan hal apa saja? Hal ini dapat disebut juga Tema Pidato. Perlu juga mengetahui dimana tempat berpidato dan siapa saja yang akan menjadi pendengar.
2.       Materi atau Bahan pidato sesuai dengan Tema Pidato yang akan disampaikan. Jika pidato bertema pendidikan, maka bahan pidato adalah hal-hal yang mengenai pendidikan, baik tentang pendidikan smp, sma, atau hal-hal lain yang menyangkut pendidikan. pidato
3.      Untuk pemula seperti anak smp maupun anak sma, dua teknik pidato yang disarankan adalah teknik Naskah (membaca naskah pidato) yang dapat dilanjutkan ke teknik Memoriter (menghapal pidato). Jika kemampuan telah cukup, maka dapat digunakan teknik Ekstemporan (garis-garis besar atau konsep naskah pidato) atau bahkan dapat menggunakan teknik Impromptu (serta merta tanpa persiapan).
4.      Untuk pemula, perlu melatih suara, pengucapan, intonasi kalimat dan juga artikulasi serta perlu mengetahui jeda pembacaan sehingga pidato enak didengar dengan menggunakan nada bicara yang tegas lugas tidak berirama sepeti membaca puisi atau berdeklamasi.
5.      Berpenampilanlah yang rapi saat berpidato, karena akan menjadi titik sentral pandangan umum.
6.      Menggunakan bahasa tubuh sebaik mungkin yaitu gerakan tangan dan anggota tubuh sesuai dengan irama pidato tapi tidak secara berlebihan.
7.      Menyisipkan humor pada pidato disesuaikan dengan keadaan dan tujuan pidato. Jika pidato pada acara pemakaman mayat, jangan sekali-sekali menyisipkan humor.
8.      Berpidatolah sesuai panjang waktu yang wajar. Untuk pemula sebaiknya menggunakan waktu yang pendek saja.
9.      Tidak menggunakan kata yang berulang-ulang kecuali dibutuhkan untuk penekanan tujuan.

D.    Sisi Positif Demam Panggung

Di samping sisi negatifnya yang bisa menimbulkan kekhawatiran dan rasa tidak percaya diri di depan umum, demam panggung juga memiliki sisi positif. Anda menjadi lebih perhatian terhadap gerakan dan posisi tubuh. Anda juga lebih fokus terhadap materi yang akan disampaikan. Rasa takut itu merupakan teman karena membuat refleks anda semakin tajam, energi meningkat, dan mata menjadi lebih awas.
Jadi ketika Anda merasa nervous (gugup) ketika hendak tampil di depan umum, berusahalah untuk rileks. Biarkan perasaan gugup itu hinggap sebentar dan secara perlahan alirkan ke luar sehingga Anda bisa mengambil kendali lagi. Manfaatkan sisi positif rasa gugup tadi untuk membuat pidato atau presentasi Anda lebih mantap.

E.     Cara Menghilangkan Rasa Gugup Ketika Berpidato

Rasa gugup ini bisa diatasi dengan melakukan visualisasi hal-hal positif seperti:
1.      Bayangkan audiens menikmati pidato Anda, mereka menatap dengan antusias, mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan bertepuk tangan.
2.      Bayangkan betapa baiknya apa yang akan Anda tampilkan.
3.      Bayangkan audiens adalah teman-teman Anda yang biasa diajak ngobrol dan bercanda.
4.      Ingat momen-momen bahagia dan indah yang pernah Anda miliki sebelumnya.
Hal di atas merupakan cara yang bisa dilakukan ketika rasa gugup atau demam panggung melanda pada detik-detik menjelang tampil di atas pentas. Lantas bagaimana agar demam panggung ini bisa berkurang sampai pada kadar yang pas?

Jawabnya adalah lakukan persiapan yang matang. Ini bisa dilakukan dengan cara:
1.      Persiapkan dengan baik untuk seluruh materi pembicaraan anda.
2.      Secara khusus persiapkan kalimat pembuka yang tepat.
3.      Lakukan rehearsal ( latihan) di hadapan teman-teman anda
4.      Antisipasi pertanyaan sulit dengan memperkirakan jenis pertanyaan tersebut dan jawabannya.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini antara lain:
1.      Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak, dengan tujuan mempengaruhi penyimak agar mau mengikuti kemauan kita dengan sukarela, dan memberikan suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
2.      Macam-macam teknik pidato antara lain:
a.       Teknik dengan Membacakan Teks Pidato
b.      Teknik berpidato tanpa teks (impromtu)
c.       Teknik menghapal (memoriter)
d.      Teknik menggunakan catatan kecil (ekstemporan)
3.      Cara mengatasi rasa gugup dalam berpidato yaitu dengan membayangkan atau menganggap suatu objek yang menyenangkan.









DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal dan Amran Tasai S. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: AKADEMIKA PRESSINDO.
Anonim. 2012. /Pidato.http://id. 2012 . ramlannarie.wordpress.com /pengertian-pidato-tujuan-sifat-metode-susunan-dan-persiapan-pidato-sambuta. Diakses tanggal 25 februari 2012.
Anonim. 2012. /pidatohttp://id. 2012. wikipedia.org/wiki/Pidato. Diakses tanggal 25 februari 2012.
Anonim. 2012. /pidato. http://www. 2012. attayaya.net/2011/04/tata-cara-pidato-yang-baik-dan-benar.html. Diakses tanggal 25 februari 2012.
Anonim. 2012. /pidato. http://id. 2012. sugikmaut.blog.com/?p=22. Diakses tanggal 25 februari 2012.
Anonim. 2012. /pidato. http://www. 2012. muhammadnoer.com/2010/03/mengatasi-rasa-takut-berbicara-di-depan-publik/. Diakses tanggal 25 februari 2012.




Load disqus comments

0 comments