Analisis Struktur dan Fungsi “Kale
Ngelampe” Cerita Rakyat Dayak Kanayatn Berdasarkan Teori Struktur Naratif
Maranda
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Di Indonesia tumbuh berbagai cerita
rakyat daerah dengan corak dan budaya yang berbeda beda. Cerita rakyat itu ada
yang berupa cerita binatang (fabel), asal usul suatu tempat (legenda), dan
cerita tentang makhluk halus (mite).
Cerita
rakyat merupakan bagian dari sastra lisan yang pernah hidup dan menjadi milik
masyarakat, diwariskan secara lisan dan turun-temurun yaitu dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Cerita rakyat merupakan buah pikiran warisan leluhur bangsa
mengandung bermacam-macam pesan. Cerita rakyat sebagai bagian dari kebudayaan
mengandung berbagai gagasan dan penuh nilai
(makna) yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa. (Danandjaya,1984;
Rusyana, 1975;1978;2000).
Banyak
manfaat yang kita akan dapatkan dengan mendengarkan cerita rakyat. Salah
satunya, kita akan memperoleh pengalaman berharga dari cerita tersebut, melalui
peristiwa-peristiwayang dialami tokoh-tokohnya. Di dalam cerita rakyat
terkandung pesan moral yang berguna bagi pembacanya. Pesan (amanat)dalam cerita
kadang diungkapkan secara langsung, tetapi kadang diungkapkan secara tidak
langsung melalui tingkah laku tokoh-tokohnya.
Pada
makalah ini akan dibahas tentang cerita rakyat Dayak Kanayatn yang berjudul
“Kale Ngelampe” yang akan dianalisis berdasarkan Teori Struktur Naratif
Maranda.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
masalah yang akan di bahas pada makalah ini yakni ada dua sebagai berikut:
1. Umum: Bagaimanakah struktur dan fungsi “Kale
Ngelampe” cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan Teori Struktur Naratif
Maranda?
2. Khusus:
a.
Bagaimanakah
struktur “Kale Ngelampe” cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan Teori
Struktur Naratif Maranda?
b.
Bagaimanakah
fungsi “Kale Ngelampe” cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan Teori Struktur Naratif
Maranda?
C.
Tujuan
Adapun tujuan
dari penyusun makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Umum: untuk mengetahui struktur dan fungsi “Kale
Ngelampe” cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan Teori Struktur Naratif
Maranda.
2. Khusus:
a.
Untuk mengetahui
struktur “Kale Ngelampe” cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan Teori
Struktur Naratif Maranda.
b.
Untuk mengetahui
fungsi “Kale Ngelampe” cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan Teori Struktur
Naratif Maranda.
D.
Metode
Metode yang digunakan dalam penganalisisan cerita
rakyat ini menggunakan Metode Deskriptif. Metode deskripsi adalah suatu
metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.
Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Struktur
“Kale Ngelampe” Cerita Rakyat Dayak Kanayatn Berdasarkan Teori Struktur Naratif
1. Ringkasan Cerita
Pada
waktu itu musim kelampe berbuah. Kalau kelampe berbuah, banyak babi hutan yang
berdatangan. Karena ibunya ingin sekali makan daging babi hutan maka Tias
memberitahu ibunya bahwa ia ingin berburu.
Tias
mulai melakukan perjalanan jauh. Masuk rimba keluar rimba, naik gunung turun
gunung, masuk jeram ke luar jeram. Akhirnya sampailah ia ke kampung yang banyak
ditemukan pohon Kelampe. Tinggallah ia di kampung itu untuk mendengar dan
melihat situasi yang ada, siapa tahu ada binatang besar yang datang. Tiba-tiba
ia mendengar suara orang bernyanyi. Karena penasaran, ia pun memanjat pohon .
dari atas pohon ia mendengar suara seorang perempuan tetapi anehnya orangnya
tidak kelihatan.
Sesampai
di rumah, Tias bercerita kepada ibunya tentang apa yang didengarnya, kemudian
orang kampung mengadakan pertemuan. Pertemuan itu dihadiri juga oleh dua
bersaudara yakni Ujatn dan Maniamas. Hadir juga Tongkor Labatn, setelah
mendengar cerita Tias, tongkor Labatn pergi ke kampung Kelampai membawa sumpit.
Tak lama kemudian ia sampai ke kampung Kelampai, kemudian ia pun mendengar
suara nyanyian seorang perempuan dari atas pohon. Sampai di atas, ia dengar
suara itu dari bawah. Di dengar ada suara tetapi tidak kelihatan orangnya.
Tongkor Labatn segera turun dan lari tunggang langgang ke rumah karena ketakutan.
Sampai
di rumah orang-orang bertanya kepadanya, ia berkata ternyata apa yang dikatakan
Tias itu benar adanya. Tiba giliran Tongkor Mayam, ternyata Tongkor Mayam juga
mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh Tias dan Tongkor Labatn. Oleh karena itu,
dengan bersemangat Gadunggu Kase dengan bersikap sombong. Ia pun pergi ke sana.
Ia juga mendengar nyanyian seperti halnya yang di dengar oleh teman-temannya,
ia pun lari dan pulang ke rumah kerana ketakutan.
Ke
esokan harinya tiba giliran Ganteleng Lonos yang dengan sombongnya ia
beranggapan suatu kebodohan bagi teman-temannya karena tidak membawa hasil sama
sekali. Sesampainya di tempat yang dituju, ia juga mendengar nyanyin seperti
yang dialami teman-temannya. Bulu kuduknya mulai berdiri tapi ia masih
menunggu. Suaranya seperti suara manusia tetapi tidak terlihat orangnya. Karena
ketakutan ia segera turun dan berlari dengan cepat. Sampai di rumah,
teman-temannya bertanya, dan memang benar apa yang di katakan oleh teman-tamannya
itu, kemudian mereka memanggil Ujatn, dan menyuruhnya untuk mengawasi suara
sesuatu yang berbunyi di sana. Tias kemudian menjelaskan apa yang didengarnya
kepada Ujatn.
Ujatn
pun berangkat dengan membawa sumpit. Ujatn adalah seorang laki-laki yang tidak
menikah, pamali kawin. Sampailah ia di tempat itu, lalu ia memanjat pohon
kemudian ia mendengar suara nyanyian. Ternyata nyanyian itu berasal dari bawah,
ia pun memperhatikan keadaan sekitarnya. Suara itu berasal dari sarang babi.
Memang benar dari sarang babi dan ada sesuatu yang bergerak-gerak. Rupanya ikan
lele yang membuat sarang di situ. Bila lele itu berbicara maka sarang tersebut
bergoyang-goyang. Ujant merahasiakan hal itu kepada teman-temannya termasuk
adiknya.
Akhirnya
gilirian Maniamas yang berangkat untuk memeriksa suara yang ada di sana.
Maniamas pun pulang ke rumahnya, memberitahu dan meminta restu ibunya.
Sesampainya di rumah, Ujatn memberitahu adiknya bahwa suara itu berasal dari
sarang babi. Pagi hari Maniamas pun pergi. Sampai di kampung Kelampe ia
mendengar saura nyanyian itu. Maniamas duduk dan memperhatikan tempat suara
tersebut, dari sarang babi muncullah seekor ikan lele. Maniamas dengan cepat
menangkap ikan lele yang kemudian berubah wujud menjadi seorang perempuan yang
sangat cantik. Perempuan itu bernama Putri Kale. Maniamas ingin memperistri
Putri Kale namun ada syarat yang harus ditepati Maniamas yakni tidak boleh
seorangpun mengetahui asal-usul istrinya itu. Akhirnya mereka pun menikah dan
mempunyai seorang anak.
Pada
suatu hari, Kale Ngelampe mencari tebu. Sampai di rumah, anaknya langsung
mengambil tebu tersebut. Tebu tersebut dibawa kepada bapaknya yang sedang
meraut rotan. Anaknya meminta bapaknya untuk mengupas tebu tersebut. Tapi
bapaknya menolak, karena ia lagi sibuk meraut rotan, lalu bapaknya menyuruh
anaknya untuk meminta ibunya untuk mengupas tebu tersebut, namun ibunya sedang
kecapean, karena baru pulang dari ladang. Untuk yang ketiga kalinya anaknya meminta
bapaknya untuk mengupas tebu itu, mungkin karena jengkel bapaknya tega melanggar
janji yang pernah mereka buat sebelum mereka menikah. Singkat cerita suatu hal
terjadi, tubuh Kale Ngelampe berubah menjadi seekor ikan, dan anaknya menangis
histeris sambil berteriak-teriak menghempaskan dirinya ke tanah. Bapaknya
berlarian kemudian menceburkan dirinya ke sungai untuk mencari istrinya, bahkan
diangkatnya semua ikan yang ada di sungai tetapi tidak bertemu dengan ikan yang
dimaksud. Maka ia menyelam dari hulu ke hilir, dan berhasil menangkap ikan
baung yang sangat besar yang dikiranya istrinya, dipeluknya dengan erat
sehingga ulu hatinay tertusuk patil ikan tersebut. Maniamas pun meninggal,
sementara anaknya hidup sebatang kara.
2. Alur Cerita
a.
Musim Kelampe Berbuah Banyak Babi Hutan dan
Suara Nyanyian Seseorang
1. Tias,
Tongkor Labant, Tongkor Mayam, Gadunggu Kase, Ganteleng Lonos, dan Ujatn tidak
berhasil menyelidiki asal suara perempuan di dalam hutan (nyanyian Kale
Ngelampe) karena sombong dan ketakutan.
b.
Nyanyian itu adalah suara ikan lele
kemudian berubah menjadi seorang perempuan
2. Sampai
di kampung Kelampe ia mendengar saura nyanyian itu. Maniamas duduk dan
memperhatikan tempat suara tersebut, dari sarang babi muncullah seekor ikan
lele.
3. Maniamas
dengan cepat menangkap ikan lele yang kemudian berubah wujud menjadi seorang
perempuan yang sangat cantik. Perempuan itu bernama Putri Kale.
c.
Pernikahan Maniamas dan Kale Kelampe
4. Maniamas
berhasil mendapatkan Putri Kale Ngelampe karena tidak sombong, mendapatkan restu
dari ibunya, dan pemberani. Putri Kale Ngelampe bersedia menikah dengan
Maniamas asalkan tidak boleh memberitahukan asal-usulnya.
d.
Akhir Pernikahan Maniamas dan Kale
Kelampe
5. Untuk
yang ketiga kalinya anaknya meminta bapaknya untuk mengupas tebu itu, mungkin
karena jengkel bapaknya tega melanggar janji yang pernah mereka buat sebelum
mereka menikah.
6. Singkat
cerita suatu hal terjadi, tubuh Kale Ngelampe berubah menjadi seekor ikan, dan
anaknya menangis histeris sambil berteriak-teriak menghempaskan dirinya ke
tanah. Maniamas menyelam dari hulu ke
hilir, dan berhasil menangkap ikan baung yang sangat besar yang dikiranya
istrinya, dipeluknya dengan erat sehingga ulu hatinay tertusuk patil ikan
tersebut. Maniamas pun meninggal, sementara anaknya hidup sebatang kara.
3. Rumus Alur
N
= (a1+a2+a3+a4+a5)x1 : (a6+a7)y1 :: (a1+a2+a3+a4)(x1+x2) : (a6+a7)(y1+y2) //
(a7)y2 : b (z3+y1) :: b(z2+z1) : a7 // (a7)+b : (a7)y4 :: bZ1: a7(y1+y3)::bz1:dy3
4. Penjelasan Rumus
Ketakutan lima
pemuda (Tias, Tongkor Labant, Tongkor Mayam, Gadunggu Kase, dan
Ganteleng Lonos) mengakibatkan kelima pemuda tersebut gagal mendapatkan asal
suara perempuan yang diselidikinya sedangkan karena keberaniannya maka Ujatn
dan Maniamas bisa berhasil.
Maniamas berhasil mendapatkan Putri Kale Ngelampe
karena tidak sombong, mendapatkan restu dari ibunya, dan pemberani. Putri Kale
Ngelampe bersedia menikah dengan Maniamas asalkan tidak boleh memberitahukan asal-usulnya.
Pernikahan Maniamas dan Putri Kale Ngelampe berakhir karena Maniamas
tidak menepati janji mengakibatkan Putri Kale Ngelampe kembali menjadi ikan.
Maniamas meninggal dunia dan anaknya hidup sebatang kara.
5. Tokoh dan Sifat Tokoh
a. Tias,
laki-laki, penakut.
b. Tongkor
Labant, laki-laki, penakut.
c. Tongkor
Mayam, laki-laki, penakut.
d. Gadunggu
Kase, laki-laki, sombong, penakut.
e. Ganteleng
Lonos, laki-laki, sombong, penakut.
f. Ujatn, laki-laki, rendah hati, pemberani,
pamali kawin.
g. Maniamas,
laki-laki, pemberani, ingkar janji.
h. Anak
(pasangan Maniamas dan Putri Kale Ngelampe), tidak disebutkan jenis kelamin, rewel, penurut.
B.
Fungsi
“Kale Ngelampe” Cerita Dayak Kanayatn
Berdasarkan Teori Struktur Naratif Maranda
1.
Terem
a : Tujuh orang pemuda
a1 : Tias
a2 : Tongkor Labant
a3 : Tongkor Mayam
a4 : Gadunggu Kase
a5 : Ganteleng Lonos
a6 : Ujatn
a7 : Maniamas
b : Ikan Kale (Lele)/Putri Kale Ngelampe
c : Anak (dari pasangan Maniamas dan
Putri Kale Ngelampe)
2.
Fungsi
x1 : penakut
x2 : gagal
y1 : pemberani
y2 : berhasil
y3 : menderita, mati
y4 : ingkar janji
z1 : menikah
z2 : bersedia
z3 : sombong
3.
Rumus Fungsi
(y1+y2) > (x1 + y2)
4.
Penjelasan Rumus
Fungsi pemberani lebih
besar dari fungsi penakut karena sesuai yang diinginkan pencerita bahwa dalam
mencapai sesuatu diperlukan suatu keberanian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cerita
rakyat Dayak Kanayatn ini cukup bagus yang menceritakan tentang tujuh orang
pemuda yang belum menikah dan tinggal di desa Kelampai. Lima diantara pemuda
tersebut memiliki sikap penakut atau tidak berani, lain halnya dengan dua
bersaudara yakni Ujatn dan Maniamas yang memiliki sikap pemberani. Mereka semua
dihadapkan pada suatu masalah yang sama yaitu mereka sama-sama mendengar
nyanyian seorang manusia yang ada di hutan tetapi anehnya orang tersebut tidak
kelihatan. Hal tersebutlah yang membuat Tias dan teman-temannya takut dan lari
tunggang langgang, kecuali Ujatn dan Maniamas. Kedua bersaudara itu penasaran
dan tidak takut akan suara tersebut, dan pada akhirnya mereka menemukan sumber
suara tersebut yang berasal dari sarang babi. Suara tersebut pertama diketahui
oleh Ujatn dan diberitahukan kepada adiknya Maniamas, yang pada akhirnya
Maniamaslah yang berhasil. Suara tersebut adalah suara ikan Lele yang kemudian
berubah menjadi seorang perempuan yang sangat cantik, kemudian menjadi istri
Maniamas dan di karuniai seorang anak.
Pada
akhir cerita ini sangat memprihatinkan, pernikahan Maniamas dan Kale Kelampe
harus berakhir karena Maniamas tidak menepati janjinya. Akhirnya mereka
berpisah dan Mariamas meninggal dunia serta anaknya hidup sebatang kara di dunia.
B. Saran
Ambillah
sisi positif dari cerita rakyat Dayak Kanayatn ini, menurut saya cerita ini
cukup bagus dan banyak sekali pesan yang disampaikan, satu di antaranya harus
berani dan tidak takut akan sesuatu masalah. Masalah harus dihadapi dan jangan
lari dari masalah itu.
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James. 1984. Folklor
Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-
lain. Jakarta: Grafiti Pers.
Rusyana, Yus. 1975. Peranan dan
Kedudukan Sastra Lisan dalam Pengembangan
Sastra Indonesia (Makalah
Seminar). Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Rusyana, Yus dan Ami Raksanagara. 1978. Sastra
Lisan Sunda Ceritera
Karuhun,
Kajajaden, dan Dedemit. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
Rusyana, Yus. 2000. Prosa Tradisional
Pengertian, Klasifikasi, dan Teks. Jakarta:
Pusat Bahasa.
.Pengertian Metode Deskritif.17 Januari 2014. .http://jasaproposal.wordpress.com/2012/05/28/penelitian-dengan-metode-deskriptif/
0 comments