Monday 1 May 2017

ANALISIS CERITA RAKYAT "KALE NGELAMPE''




Analisis Struktur dan Fungsi “Kale Ngelampe” Cerita Rakyat Dayak Kanayatn Berdasarkan Teori Struktur Naratif Maranda

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
            Di Indonesia tumbuh berbagai cerita rakyat daerah dengan corak dan budaya yang berbeda beda. Cerita rakyat itu ada yang berupa cerita binatang (fabel), asal usul suatu tempat (legenda), dan cerita tentang makhluk halus (mite).
Cerita rakyat merupakan bagian dari sastra lisan yang pernah hidup dan menjadi milik masyarakat, diwariskan secara lisan dan turun-temurun yaitu dari satu generasi ke generasi berikutnya. Cerita rakyat merupakan buah pikiran warisan leluhur bangsa mengandung bermacam-macam pesan. Cerita rakyat sebagai bagian dari kebudayaan mengandung berbagai gagasan dan penuh nilai  (makna) yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa. (Danandjaya,1984; Rusyana, 1975;1978;2000).
Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di suatu daerah dan dianggap sebagai karya kolektif (milik bersama) masyarakat daerah itu. Pasti kita pernah mendengar cerita Malin Kundang, Si Pahit Lidah, Roro Jonggrang, Jaka Tarub, semua cerita itu termasuk dalam cerita rakyat.
Banyak manfaat yang kita akan dapatkan dengan mendengarkan cerita rakyat. Salah satunya, kita akan memperoleh pengalaman berharga dari cerita tersebut, melalui peristiwa-peristiwayang dialami tokoh-tokohnya. Di dalam cerita rakyat terkandung pesan moral yang berguna bagi pembacanya. Pesan (amanat)dalam cerita kadang diungkapkan secara langsung, tetapi kadang diungkapkan secara tidak langsung melalui tingkah laku tokoh-tokohnya.
Pada makalah ini akan dibahas tentang cerita rakyat Dayak Kanayatn yang berjudul “Kale Ngelampe” yang akan dianalisis berdasarkan Teori Struktur Naratif Maranda.

B.     Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan di bahas pada makalah ini yakni ada dua sebagai berikut:
1.      Umum: Bagaimanakah struktur dan fungsi “Kale Ngelampe” cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan Teori Struktur Naratif Maranda?
2.      Khusus:
a.       Bagaimanakah struktur “Kale Ngelampe” cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan Teori Struktur Naratif Maranda?
b.      Bagaimanakah fungsi “Kale Ngelampe” cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan Teori Struktur Naratif Maranda?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penyusun makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Umum: untuk mengetahui struktur dan fungsi “Kale Ngelampe” cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan Teori Struktur Naratif Maranda.
2.      Khusus:
a.       Untuk mengetahui struktur “Kale Ngelampe” cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan Teori Struktur Naratif Maranda.
b.      Untuk mengetahui fungsi “Kale Ngelampe” cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan Teori Struktur Naratif Maranda.

D.    Metode
Metode yang digunakan dalam penganalisisan cerita rakyat ini menggunakan Metode Deskriptif. Metode deskripsi adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Struktur “Kale Ngelampe” Cerita Rakyat Dayak Kanayatn Berdasarkan Teori Struktur Naratif
1.      Ringkasan Cerita
Pada waktu itu musim kelampe berbuah. Kalau kelampe berbuah, banyak babi hutan yang berdatangan. Karena ibunya ingin sekali makan daging babi hutan maka Tias memberitahu ibunya bahwa ia ingin berburu.
Tias mulai melakukan perjalanan jauh. Masuk rimba keluar rimba, naik gunung turun gunung, masuk jeram ke luar jeram. Akhirnya sampailah ia ke kampung yang banyak ditemukan pohon Kelampe. Tinggallah ia di kampung itu untuk mendengar dan melihat situasi yang ada, siapa tahu ada binatang besar yang datang. Tiba-tiba ia mendengar suara orang bernyanyi. Karena penasaran, ia pun memanjat pohon . dari atas pohon ia mendengar suara seorang perempuan tetapi anehnya orangnya tidak kelihatan.
Sesampai di rumah, Tias bercerita kepada ibunya tentang apa yang didengarnya, kemudian orang kampung mengadakan pertemuan. Pertemuan itu dihadiri juga oleh dua bersaudara yakni Ujatn dan Maniamas. Hadir juga Tongkor Labatn, setelah mendengar cerita Tias, tongkor Labatn pergi ke kampung Kelampai membawa sumpit. Tak lama kemudian ia sampai ke kampung Kelampai, kemudian ia pun mendengar suara nyanyian seorang perempuan dari atas pohon. Sampai di atas, ia dengar suara itu dari bawah. Di dengar ada suara tetapi tidak kelihatan orangnya. Tongkor Labatn segera turun dan lari tunggang langgang  ke rumah karena ketakutan.
Sampai di rumah orang-orang bertanya kepadanya, ia berkata ternyata apa yang dikatakan Tias itu benar adanya. Tiba giliran Tongkor Mayam, ternyata Tongkor Mayam juga mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh  Tias dan Tongkor Labatn. Oleh karena itu, dengan bersemangat Gadunggu Kase dengan bersikap sombong. Ia pun pergi ke sana. Ia juga mendengar nyanyian seperti halnya yang di dengar oleh teman-temannya, ia pun lari dan pulang ke rumah kerana ketakutan.
Ke esokan harinya tiba giliran Ganteleng Lonos yang dengan sombongnya ia beranggapan suatu kebodohan bagi teman-temannya karena tidak membawa hasil sama sekali. Sesampainya di tempat yang dituju, ia juga mendengar nyanyin seperti yang dialami teman-temannya. Bulu kuduknya mulai berdiri tapi ia masih menunggu. Suaranya seperti suara manusia tetapi tidak terlihat orangnya. Karena ketakutan ia segera turun dan berlari dengan cepat. Sampai di rumah, teman-temannya bertanya, dan memang benar apa yang di katakan oleh teman-tamannya itu, kemudian mereka memanggil Ujatn, dan menyuruhnya untuk mengawasi suara sesuatu yang berbunyi di sana. Tias kemudian menjelaskan apa yang didengarnya kepada Ujatn.
Ujatn pun berangkat dengan membawa sumpit. Ujatn adalah seorang laki-laki yang tidak menikah, pamali kawin. Sampailah ia di tempat itu, lalu ia memanjat pohon kemudian ia mendengar suara nyanyian. Ternyata nyanyian itu berasal dari bawah, ia pun memperhatikan keadaan sekitarnya. Suara itu berasal dari sarang babi. Memang benar dari sarang babi dan ada sesuatu yang bergerak-gerak. Rupanya ikan lele yang membuat sarang di situ. Bila lele itu berbicara maka sarang tersebut bergoyang-goyang. Ujant merahasiakan hal itu kepada teman-temannya termasuk adiknya.
Akhirnya gilirian Maniamas yang berangkat untuk memeriksa suara yang ada di sana. Maniamas pun pulang ke rumahnya, memberitahu dan meminta restu ibunya. Sesampainya di rumah, Ujatn memberitahu adiknya bahwa suara itu berasal dari sarang babi. Pagi hari Maniamas pun pergi. Sampai di kampung Kelampe ia mendengar saura nyanyian itu. Maniamas duduk dan memperhatikan tempat suara tersebut, dari sarang babi muncullah seekor ikan lele. Maniamas dengan cepat menangkap ikan lele yang kemudian berubah wujud menjadi seorang perempuan yang sangat cantik. Perempuan itu bernama Putri Kale. Maniamas ingin memperistri Putri Kale namun ada syarat yang harus ditepati Maniamas yakni tidak boleh seorangpun mengetahui asal-usul istrinya itu. Akhirnya mereka pun menikah dan mempunyai seorang anak.
Pada suatu hari, Kale Ngelampe mencari tebu. Sampai di rumah, anaknya langsung mengambil tebu tersebut. Tebu tersebut dibawa kepada bapaknya yang sedang meraut rotan. Anaknya meminta bapaknya untuk mengupas tebu tersebut. Tapi bapaknya menolak, karena ia lagi sibuk meraut rotan, lalu bapaknya menyuruh anaknya untuk meminta ibunya untuk mengupas tebu tersebut, namun ibunya sedang kecapean, karena baru pulang dari ladang. Untuk yang ketiga kalinya anaknya meminta bapaknya untuk mengupas tebu itu, mungkin karena jengkel bapaknya tega melanggar janji yang pernah mereka buat sebelum mereka menikah. Singkat cerita suatu hal terjadi, tubuh Kale Ngelampe berubah menjadi seekor ikan, dan anaknya menangis histeris sambil berteriak-teriak menghempaskan dirinya ke tanah. Bapaknya berlarian kemudian menceburkan dirinya ke sungai untuk mencari istrinya, bahkan diangkatnya semua ikan yang ada di sungai tetapi tidak bertemu dengan ikan yang dimaksud. Maka ia menyelam dari hulu ke hilir, dan berhasil menangkap ikan baung yang sangat besar yang dikiranya istrinya, dipeluknya dengan erat sehingga ulu hatinay tertusuk patil ikan tersebut. Maniamas pun meninggal, sementara anaknya hidup sebatang kara.

2.      Alur Cerita
a.       Musim Kelampe Berbuah Banyak Babi Hutan dan Suara Nyanyian Seseorang
1.       Tias, Tongkor Labant, Tongkor Mayam, Gadunggu Kase, Ganteleng Lonos, dan Ujatn tidak berhasil menyelidiki asal suara perempuan di dalam hutan (nyanyian Kale Ngelampe) karena sombong dan ketakutan. 
b.      Nyanyian itu adalah suara ikan lele kemudian berubah menjadi seorang perempuan
2.       Sampai di kampung Kelampe ia mendengar saura nyanyian itu. Maniamas duduk dan memperhatikan tempat suara tersebut, dari sarang babi muncullah seekor ikan lele.
3.       Maniamas dengan cepat menangkap ikan lele yang kemudian berubah wujud menjadi seorang perempuan yang sangat cantik. Perempuan itu bernama Putri Kale.
c.       Pernikahan Maniamas dan Kale Kelampe
4.       Maniamas berhasil mendapatkan Putri Kale Ngelampe karena tidak sombong, mendapatkan restu dari ibunya, dan pemberani. Putri Kale Ngelampe bersedia menikah dengan Maniamas asalkan tidak boleh memberitahukan asal-usulnya.
d.      Akhir Pernikahan Maniamas dan Kale Kelampe
5.       Untuk yang ketiga kalinya anaknya meminta bapaknya untuk mengupas tebu itu, mungkin karena jengkel bapaknya tega melanggar janji yang pernah mereka buat sebelum mereka menikah.
6.       Singkat cerita suatu hal terjadi, tubuh Kale Ngelampe berubah menjadi seekor ikan, dan anaknya menangis histeris sambil berteriak-teriak menghempaskan dirinya ke tanah. Maniamas  menyelam dari hulu ke hilir, dan berhasil menangkap ikan baung yang sangat besar yang dikiranya istrinya, dipeluknya dengan erat sehingga ulu hatinay tertusuk patil ikan tersebut. Maniamas pun meninggal, sementara anaknya hidup sebatang kara.

3.      Rumus Alur
N = (a1+a2+a3+a4+a5)x1 : (a6+a7)y1 :: (a1+a2+a3+a4)(x1+x2) : (a6+a7)(y1+y2) // (a7)y2 : b (z3+y1) :: b(z2+z1) : a7 //  (a7)+b : (a7)y4 :: bZ1: a7(y1+y3)::bz1:dy3


4.      Penjelasan Rumus
Ketakutan lima  pemuda (Tias, Tongkor Labant, Tongkor Mayam, Gadunggu Kase, dan Ganteleng Lonos) mengakibatkan kelima pemuda tersebut gagal mendapatkan asal suara perempuan yang diselidikinya sedangkan karena keberaniannya maka Ujatn dan Maniamas bisa berhasil.

Maniamas berhasil mendapatkan Putri Kale Ngelampe karena tidak sombong, mendapatkan restu dari ibunya, dan pemberani. Putri Kale Ngelampe bersedia menikah dengan Maniamas asalkan tidak boleh memberitahukan asal-usulnya.

Pernikahan Maniamas dan  Putri Kale Ngelampe berakhir karena Maniamas tidak menepati janji mengakibatkan Putri Kale Ngelampe kembali menjadi ikan. Maniamas meninggal dunia dan anaknya hidup sebatang kara.

5.      Tokoh dan Sifat Tokoh
a.       Tias, laki-laki, penakut.
b.      Tongkor Labant, laki-laki, penakut.
c.       Tongkor Mayam, laki-laki, penakut.
d.      Gadunggu Kase, laki-laki, sombong, penakut.
e.       Ganteleng Lonos, laki-laki, sombong, penakut.
f.        Ujatn, laki-laki, rendah hati, pemberani, pamali kawin.
g.      Maniamas, laki-laki, pemberani, ingkar janji.
h.      Anak (pasangan Maniamas dan Putri Kale Ngelampe), tidak disebutkan jenis   kelamin, rewel, penurut.
B.     Fungsi “Kale Ngelampe”  Cerita Dayak Kanayatn Berdasarkan Teori Struktur Naratif Maranda
1.      Terem
a         : Tujuh orang pemuda
a1       : Tias
a2       : Tongkor Labant
a3       : Tongkor Mayam
a4       : Gadunggu Kase
a5       : Ganteleng Lonos
a6       : Ujatn
a7       : Maniamas
b         : Ikan Kale (Lele)/Putri Kale Ngelampe
c         : Anak (dari pasangan Maniamas dan Putri Kale Ngelampe)

2.      Fungsi
x1       : penakut
x2       : gagal
y1       : pemberani
y2       : berhasil
y3       : menderita, mati
y4       : ingkar janji
z1       : menikah
z2       : bersedia
z3       : sombong

3.      Rumus Fungsi
(y1+y2) > (x1 + y2)

4.      Penjelasan Rumus
Fungsi pemberani lebih besar dari fungsi penakut karena sesuai yang diinginkan pencerita bahwa dalam mencapai sesuatu diperlukan suatu keberanian.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Cerita rakyat Dayak Kanayatn ini cukup bagus yang menceritakan tentang tujuh orang pemuda yang belum menikah dan tinggal di desa Kelampai. Lima diantara pemuda tersebut memiliki sikap penakut atau tidak berani, lain halnya dengan dua bersaudara yakni Ujatn dan Maniamas yang memiliki sikap pemberani. Mereka semua dihadapkan pada suatu masalah yang sama yaitu mereka sama-sama mendengar nyanyian seorang manusia yang ada di hutan tetapi anehnya orang tersebut tidak kelihatan. Hal tersebutlah yang membuat Tias dan teman-temannya takut dan lari tunggang langgang, kecuali Ujatn dan Maniamas. Kedua bersaudara itu penasaran dan tidak takut akan suara tersebut, dan pada akhirnya mereka menemukan sumber suara tersebut yang berasal dari sarang babi. Suara tersebut pertama diketahui oleh Ujatn dan diberitahukan kepada adiknya Maniamas, yang pada akhirnya Maniamaslah yang berhasil. Suara tersebut adalah suara ikan Lele yang kemudian berubah menjadi seorang perempuan yang sangat cantik, kemudian menjadi istri Maniamas dan di karuniai seorang anak.
Pada akhir cerita ini sangat memprihatinkan, pernikahan Maniamas dan Kale Kelampe harus berakhir karena Maniamas tidak menepati janjinya. Akhirnya mereka berpisah dan Mariamas meninggal dunia serta anaknya hidup sebatang kara di dunia.
B.     Saran
Ambillah sisi positif dari cerita rakyat Dayak Kanayatn ini, menurut saya cerita ini cukup bagus dan banyak sekali pesan yang disampaikan, satu di antaranya harus berani dan tidak takut akan sesuatu masalah. Masalah harus dihadapi dan jangan lari dari masalah itu.

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-
            lain. Jakarta: Grafiti Pers.

Rusyana, Yus. 1975. Peranan dan Kedudukan Sastra Lisan dalam Pengembangan
            Sastra Indonesia (Makalah Seminar). Jakarta: Pusat Pembinaan dan
            Pengembangan Bahasa.

Rusyana, Yus dan Ami Raksanagara. 1978. Sastra Lisan Sunda Ceritera

Karuhun, Kajajaden, dan Dedemit. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.

Rusyana, Yus. 2000. Prosa Tradisional Pengertian, Klasifikasi, dan Teks. Jakarta:
            Pusat Bahasa.

.Pengertian Metode Deskritif.17 Januari 2014. .http://jasaproposal.wordpress.com/2012/05/28/penelitian-dengan-metode-deskriptif/
Load disqus comments

0 comments