Thursday 4 May 2017

PERANAN BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA




Peranan Bahasa Arab Terhadap Bahasa Indonesia

Bahasa Arab dibawa ke Indonesia pada abad ketujuh oleh saudagar dari Persia, India, dan Arab yang juga menjadi penyebar agama Islam. Kosakata bahasa Arab yang merupakan bahasa pengungkapan agama Islam mulai berpengaruh ke dalam bahasa Melayu terutama sejak abad ke-12 saat banyak raja memeluk agama Islam. Kata-kata serapan dari bahasa Arab misalnya abad, bandar, daftar, edar, kursi, gairah, hadiah, hakim, ibarat, jilid, kudus, mimbar, sehat, taat, wajah, dan Koran. Kata-kata bahasa Arab, yang diserap dalam bahasa Indonesia melalui berbagai bahasa daerah di kepulauan Indonesia, seperti bahasa Jawa atau Sunda, atau dialek Melayu, seperti Betawi, berubah menjadi suatu wujud baru bahasa Arab klasik dan mengalami suatu proses re-arabisasi atau umumnya telah hilang sama sekali. Jika kata-kata ini dibawa oleh pedagang Arab, kata serapan Arab  yang mereka serap ke dalam bahasa Indonesia atau Melayu paling tidak mengandung unsur-unsur kolokial yang penting, karena para pedagang (seperti halnya orang awam lainnya) biasanya tidak menggunakan bahasa Arab klasik jika berkomunikasi dengan orang lain dalam bahasa ibu mereka.
     Dalam bahasa Indonesia modern, nama untuk hari Rabu tidak saja memperlihatkan latar belakang kolokial, tetapi juga regional. Di Yaman dan beberapa bagian daerah di Arab Saudi (namun tidak di Oman), Selasa dan Rabu disebut thaluuth dan rabuu’. Rabuu‘ telah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi Rabu.Nama-nama hari lainnya dalam bahasa Indonesia Hari Ahad [bahasa Arab: Yawm al-Ahad], Senin [al-Ithnayn], Selasa [al-Thalatha'], Kamis [al-Khamis], Jumat [al-Jum'ah],dan Sabtu [al-Sabt] mendekati bentuk kata Arab klasik dan tidak memperlihatkan pengaruh dialek apa pun kecuali Senin, yang berbeda dengan Rabu, tidak diketahui jelas daerah asalnya. Bentuk alternatif Isnin, juga ditemukan di beberapa kamus, lebih dekat dengan Arab klasik (Yawm al-Ithnayn).
Ada juga kata serapan Arab yang dalam bahasa Arab sendiri tidak termasuk kolokial, namun ditolak dalam bahasa Indonesia standar karena kata-kata tersebut dianggap sebagai kata kolokial dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Betawi, misalnya, terdapat tajir (dalam bahasa Arab berartipedagang), sedangkan di sini artinya adalah `sangat kaya‘. Kamus besar bahasa Indonesia umumnya tidak memuat kata-kata seperti itu, mungkin karena kata-kata itu dianggap sebagai bahasa kolokial Indonesia atau bahasa gaul. Kita tentu mengerti jika bahasa Arab dan bahasa Indonesia adalah dua bahasa yang sangat berbeda. Hal yang paling mendasar adalah perbedaan ras bangsa dan rumpun kedua bahasa ini. Bahasa Arab berasal dari rumpun bahasa Semith (Assamiyah), sedangkan bahasa Indonesia dari rumpun bahasa Austronesia. Meski demikian, tidak sedikit kosa kata bahasa Indonesia yang terambil dari bahasa Arab. Kosa kata itu adalah yang dapat diidentifikasikan sebagai kosa kata yang berasal dari bahasa Arab, bahkan terdapat pula kosa kata yang tidak terlihat lagi ciri kearabannya. Hal ini disebabkan oleh keakraban pemakainya dengan kosa kata itu disamping karena kosa kata itu sudah menyatu dengan lidah pemakai bahasa Indonesia.Misalnya banyak orang menduga kata walau, rela, saham dan mungkin bukan berasal dari bahasa Arab.
Proses penyerapan bahasa lain termasuk bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia berdasarkan cara pengintegrasiannya, dapat dibagi menjadi dua bagian :
1.      Melalui pemakaian bahasa sehari-hari
Cara pengintegrasian seperti ini disebabkan adanya hubungan atau kontak langsung antara penuturtur asli ( penutur sumber ) dengan penutur bahasa Indonesia da!arn pergaulan hidup sehari-hari.
2.      Melalui pengajaran dan tulisan
MeIalui pengajaran yang dilakukan lewat penyebaran agama Islam di Indonesia disamping pengajaran bahasa Arab itu sendiri baik dibangku sekolah maupun di luar sekolah. Melalui tulisan berupa buku-buku ilrnu pengetahuan, seni, kebudayaan dan sarana tertulis lainnya, seperti surat kabar dan majalah.
Jika kita menelaah penyerapan kosa kata Arab ke dalam bahasa Indonesia akan terlihat bahwa kosa kata Arab yang memperkaya kosa kata Indonesia itu tidak semuanya diterima secara utuh, tetapi ada juga yang diserap melalui penyesuaian huruf dan lafal atau pengucapannya.Hal ini terjadi karena kedua bahasa itu mempunyai perbedaan sistem bunyi dan lambang bunyi. Perbedaan bunyi antara kedua bahasa itu disebabkan oleh adanya bunyi bahasa dalam bahasa Arab yang tidak dimiliki oleh bahasa lndonesia. Demikian pula lambang bunyi antara kedua bahasa tersebut tidak sarna. Bahasa Arab mempunyai lambang bunvi yang disebut huruf hijaiah, sedangkan bahasa Indonesia menggunkan lambang bunyi yang disebut abjad.Karena perbedaan-perbedaan tersebut di atas, maka pada tahun l987, Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Keputusan Bersama yang berisi tentang Pedornan Transliterasi Arab — Latin.
a.      Pola Penyerapan Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia dan Perubahan Unsur Serapan dari Bahasa Arab
Pada garis besarnya ada tiga macam pola penyerapan kosa kata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia yaitu:
Pola penyerapan penuh
Penyerapan penuh adalah penyerapan fonem secara utuh tanpa ada perubahan karena fonem bahasa Arab setelah ditransIiterasi mempunyai kesamaan dengan fonem bahasa Indonesia.
Contoh : kata “bab”, ”muslim”, “masjid” setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan, tetap menjadi kata bab, muslim dan masjid (mesjid).
Pola penyerapan sebagian        
Penyerapan sebagian adalah sebagian fonem yang terdapat dalarn sebuah kata disesuaikan ke dalam bahasa Indonesia. Hal itu dilakukan karena dalam bahasa Indonesia fonem itu tidak ada. Penyesuaian ini bisa berupa penghilangan fonem atau pergantian fonem.
Contoh :“Qira”ah” setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “kiraat”. Transliterasi fonem hamzah ( ‘ ) dihilangkan, sedangkan “mu’tamar” setelah diserap menjadi “muktamar”. Transliterasi fonem harnzah ( ‘ ) diganti dengan /k/.
Pola penyesuaian lafal  
Penyesuaian lafal yang dimaksud terdapat dalam kata-kata Arab yang mengandung vokal panjang, serta gugusan konsonan yang tcrdapat diakhir kata. Penyesuaian ini bisa berupa penambahan fonern, penghilangan fonern, pergantian fonem, bahkan penghilangan suku kata.
Contoh :
“Sabr” setelah diserap menjadi “sabar” ( penambahan vokal /a/ )
“Jild” seteIah diserap menjadi “Jilid” ( penambahan vokal /i/ )
“Hukm” setelah diserap menjadi ”hukum” ( penambahan voka /u/ )
“Nafakah” setelah diserap menjadi “nafkah” ( penghilangan vokal /a/ )
“Kafir” setelah diserap menjadi “kafir” ( penghilangan vokal panjang /a/ )
“Dalil” seteIah diserap menjadi “dalil” ( penghilangan vokal panjang /i/ )
“Masyhur” setelah diserap menjadi “masyhur” ( penghilangan vokal panjang /u/ )
“Hayran” setelah diserap menjadi “heran” ( pergantian fonem /ay/ menjadi /e/ )
“Sadaqah” setelah diserap rnenjadi “sedekah” ( pergantian voka /a/ menjadi /e/ )
“Tarikat” setelah diserap menjadi “tarekat” ( pergantian vokal /i/ menjadi /e/ ) “Ruh” setelah diserap menjadi “roh” ( pergantian vokal /u/ menjadi /o/ )
“Istirahat” setelah diserap menjadi “rehat” ( penghilangan suku kata )
“Isnayn” setelah diserap rnenjadi “senin” (penghilangan suku kata)
Perubahan Fonologis Kosakata Serapan dari Bahasa Arab
        Perubahan fonologis kata serapan dari bahasa Arab meliputi perubahan vocal dan konsonan. Perubahan ini dapat digolongkan ke dalam empat jenis, yaitu:
a. Penghilangan bunyi akhir,
b. Perubahan bunyi akhir,
c. Metatesis.
d. Perubahan artikulatoris

a.Penghilangan Bunyi Akhir
Penghilangan bunyi akhir ini merupakan gejala yang paling umum. Bunyi akhir yang dihilangkan adalah bunyi vocal. Penghilangan bunyi akhir dalam bahasa Arab disebut waqaf. Contoh kata-kata serapan yang mengalami proses penghilangan bunyi akhir, anatara lain sebagai berikut :
Abadiyyu abadi
Gaibu       gaib
Adatu       adat
Hayatu    → hayat

b.Perubahan Bunyi Akhir
Gejala perubahan bunyi akhir ini pada umumnya terjadi pada kata yang mempunyai pola suku kata vk-kv. Perubahannya berupa vocal u menjadi vocal i. Namun perubahan ini amat sulit ditelusuri sebab musababnya.
Contoh:
Ahlu menjadi ahli (pandai)
Abdu menjadi abdi (hamba)

c.Metatesis
Metatesis adalah perubahan letak huruf (bunyi) atau perubahan suku kata. Gejala metatesis ini pada umumnya disertai dengan perubahan bunyi, misalnya kata zikru menjadi zikir. Vokal u yang tereletak setelah konsonan r berpindah ke tempat ke sela antara k dan r. Wujud vocal u yang berpindah tempat tersebut berubah menjadi i. contoh-contoh lainnya sebagai berikut:
Fahmu menjadi paham
Fikru menjadi pikir
Ma’fu menjadi maaf
‘Aqlu menjadi akal
d. Perubahan Artikulatoris
Perubahan arikulatoris adalah perubahan yang berhubungan dengan artikulasi. Artikultor penutur asli bahasa Indonesia ternyata memiliki kelenturan yang berbeda dengan artikulasi penutur bahasa Arab. Oleh karena itu, artikulatoris ini secara alamiah terjadi.
 Contoh perubahan konsonan:
Qiyamah menjadi kiamat
          Ghirab menjadi kirab
          Ghalat menjadi ralat
Contoh perubahan vokal:
Haiwan menjadi hewan
          Hairan menjadi heran
          Aqrab menjadi akrab
Contoh perubahan konsonan menjadi vocal:
Haqiqah menjadi hakikat
          Khobar menjadi kabar
          Qobul menjadi kabul

b.      Penyimpangan Penyerapan
Dalam proses penyerapan dari suatu bahasa sumber ke dalam bahasa lain, termasuk penyerapan dari bahasa Arab ke dalarn bahasa Indonesia, sering kita menemukan adanya penyimpanga-penyimpangan baik dari segi pola penyerapan maupun dari segi makna. Hal ini rnenjadi sesuatu yang terabaikan dan kurang dipertimbangkan oleh ahli-alili bahasa dalam menyerap kosa kata-kosa kata dari bahasa sumber.

Penyimpangan-penyimpangan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Penyimpangan Pola Penyerapan         
1.  Fonem /kh/, sesuai dengan pola penyerapannya tetap menjadi /kh/. Namun pada kenyataannya dalam beberapa kata, fonem /kh/ berubah menjadi fonem /k/.
Contoh : “khabr” rnenjadi “kabar” semestinya “khabar”
“naskhah” menjadi “naskah” semestinya “naskah”
2.  Fonem /d/ sesuai dengan pola penyerapannya tetap menjdi /d/, namun dalarn kenyataanya ditemukan ada fonem /d/ berubah menjadi /l/.
Contoh : “rida” menjadi “rela” semestinya “rida”
“fard” menjadi “perlu” semestinya “fardu”
3.  Fonem /z/ sesuai dengan pola penyerapannya tetap menjadi /z/, namun pada kenyataannya dalam beberapa kata ditemukan fonem /z/ berubah menjadi /s/ ).
Contoh : “rnajàz” menjadi “majas” semestinya “majaz”
“markaz” menjadi “markas” semestinya “markaz”
Dan masih banyak lagi contoh penyimpangan dari segi pola penyerapan yang tidak sempat penulis sebutkan pada kesempatan ini karena keterbatasan waktu.
Penyimpangan Makna
Makna kata adalah sesuatu yang sangat urgen dalarn suatu bahasa sehingga salah satu cabang dari ilmu bahasa yaitu semantik, membahas khusus rnasalah ini. Narnun dalam proses penyerapan suatu bahasa ke bahasa yang lain, hal ini seringkali terabaikan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh tentang fenomena tersebut :
- “Kalimah” dalam bahasa Arab berarti kata, dan setelah kata ini diserap ke dalam bahasa Indonesia makna itu berubah menjadi “kalimat” yaitu susunan dari beberapa kosa kata.
- “Kulliah” dalam bahasa Arab berarti Fakultas, setelah kata ini diserap ke dalam bahasa Indonesia, makna “kuIiah” berubah menjadi “pelajaran”.
- “Ulama” daiarn bahasa Arab mempumyai makna jamak yaitu banyak orang berilmu, namun setelah kata itu diserap ke dalam bahasa Indonesia, makna itu berubah menjadi tunggal yaitu seorang yang berilmu.
Bahasa Arab dan bahasa Indonesia mempunyai perbedaan sistem aksara, struktur fonologis dan morfologis, sehingga penyerapan kosa kata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia mengalami beberapa proses yaitu pengintegrasian yaitu melalui pemakaian sehari-hari, pengajaran dan tulisan, Selain itu, penyerapan kosaa kata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia harus berdasarkan pola-pola yang ada, yaitu proses penyesuain fonem, proses penyesuaian lafal dan terdapat pula proses penyerapan penuh jika fonem yang ada diantara kedua bahasa tersebut setelah ditransliterasi adalah sama. Meskipun pola-pola penyerapan te!ah ada, ternyata penyimpangan-penyimpangan tetap saja ada baik dari segi pola itu sendiri maupun dari segi makna.
Untuk itu diharapkan pada masa yang akan datang, para ahli bahasa tetap memperhatikan makna dari kosa kata bahasa sumber sebelum mengadakan atau melakukan proses penyerapan agar bisa terhindar dari penyimpangan-penyimpangan. Untuk para peneliti diharapkan mengkhususkan penelitiannya tentang serapan bahasa Arab dalam bahasa Indonesia pada aspek maknanya.








DAFTAR PUSTAKA

 Dam, Nikolaos van. Kata Serapan Arab dalam Bahasa Indonesia,(Online), (http://bahasakita.com/kata-serapan-arab-dalam-bahasa-indonesia/ ,diakses tanggal 8 September 2012)

Heryana, Nanang.2006.Pemerkayaan Bahasa Indonesia.Pontianak:Press.

Sapto, Dwi Aji.. Pengaruh Bahasa Daerah dan Bahasa Asing Terhadap Bahasa Indonesia,(Online), (http://dwiajisapto.blogspot.com/2011/02/pengaruh-bahasa-daerah-dan-bahasa-asing.html ,diakses tanggal 8 September 2012)

Syahansyah, Zulfan. Antara Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia,(Online),(http://zoelfansyah.blogspot.com/2012/02/antara-bahasa-arab-dan-bahasa-indonesia.html ,diakses tanggal 8 September 2012)

 



Load disqus comments

0 comments