Saturday 6 May 2017

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA (REDUPLIKASI)

Analisis Kesalahan Reduplikasi



Dasar-dasar Analisis
1)  Segi Bentuk
Terjadinya bentuk kata ulang itu melalui proses pengulangan. Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangabn satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagainya, baik dengan variasai fonem maupun tidak. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk (Kembar, 1983:55). Misalnya, kata ulang mobil-mobil dari bentuk dasar mobil. Kata ulang bernyanyi-nyanyi dibentuk dari bentuk dasar bernyanyi, kata ulang bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik.

      Setiap kata ulang pasti mempunyai bentuk dasar. Oleh karena itu, ada beberapa kata secara bentuk lahirnya seperti kata ulang, namun bila dianalisis berdasarkan tujuan deskripsi bukan merupakan kata. Misalnya, mondar-mandir, sia-sia, compang-samping, alun-alun, huru-hara. Contoh-contoh tersebut tidak tergolong kepada bentuk reduplikasi. Hal itu terjadi karena bila kata-kata tersebut dideretkan secara morfologis tidak ada satuan kata yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Hal itu berbeda dengan kata temu. Kata temu tidak pernah kita jumpai dalam bentuk temu saja, namun dari deretan morfologis dapat kita jumpai, seperti berikut:


Temu
pertemuan
penemuan
bertemu
ketemu
ditemukan
menemukan
mempertemukan
dipertemukan
temu duga

2) Segi Makna atau Arti
            Dasar analisis reduplikasi yang kedua ialah dari segi makna atau arti. Adapun arti yang dapat didukung oleh perulangan adalah:
a.       Mengandung arti bermacam-macam, seperti: bunga-bunga, kursi-kursi, kue-kue, baju-baju, dan lain-lain.
b.      Mengandung arti bermacam-macam, seperti: tanaman-tanaman, buah-buahan, pohon-pohonan. Dalam hal ini biasanya kata ulang itu disertai oleh sufiks –an.
c.       Mengandung arti menyerupai atau tiruan dari sesuatu, seperti: anak-anakan.
d.      Menyatakan intensitas, baik intensitas mengenai kualitas, kuantitas, maupun mengenai kekerapannya (frekwensinya), seperti:
1)      Intensitas kualitatif misalnya: kuat-kuat, segiat-giatnya.
Pukullan kuat-kuat
Belajarlah segiat-giatnya.
2)      Intensitas kuantitatif, misalnya: bunga-bunga, rumah-rumah, buah-buah, dan lain-lain.
3)      Intensitas frekuentatif, misalnya: menggeleng-gelengkan, mengangguk-angguk. Dalam kalimat kita jumpai, seperti: ia mengeleng-gelengkan kepalanya. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya.

Contoh-contoh Kesalahan Reduplikasi
            Berikut ini akan disajikan contoh-contoh kesalahan reduplikasi atau pengulangan. Dari deretan contoh-contoh tersebut akan dapat diungkapkan atau dianalisis bentuk kesalahannya, serta bagaimana proses pembentukannya, perbedaan bentuk reduplikasi yang benar dengan yang salah, dan mengapa terjadi reduplikasi yang salah, dan apa unsur penyebabnya.

Pengelompokkan Jenis Kesalahan Reduplikasi
            Untuk memudahkan proses penganalisisan kesalahan reduplikasi lebih lanjut, perlu kirangya contoh-contoh kesalahan yang telah dipaparkan di atas dikelompokkan berdasarkan jenis-jenis kesalahannya. Adapun urutan pengelompokkannya sebagai berikut:
Kelompok pertama      : Bentuk reduplikasi yanng didahului oleh jenis kata bilangan
  tak tentu, seperti kata banyak, dan jenis kata bilangan tertentu,
  seperti kata dua.
Kelompok dua             : Kesalahan makna kata, seperti kata anak-anak menjadi kanak
  kanak tau sebaliknya.
Kelompok tiga             : Kesalahan bentuk dasar, seperti kata sekali-kali.
Kelompok empat         : Disebabkan oleh pengaruh bunyi (fonem) bahasa daerah,
  seperti kata unek-uneg.
  
Analisis Kesalahan dan Pembahasannya
1) Analisis kesalahan reduplikasi kelompok pertama
a. harus kita ingat, bahwa pada waktu belakangan ini kita banyak kerugian-kerugian. Penggunaan bentuk kata ulang kerugian-kerugian pada kalimat tersebut tidak tepat, sebab bentuk kata ulang kerugian-kerugian mengandung arti jamak yang didahului oleh kata bilangan banyak. Akibatnya terjadilah pemakaian bentuk kata ulang yang berlebih-lebihan. Sebaliknya kalimat itu berbunyi, “Harus kita ingat, bahwa pada waktu itu, belakangan ini kita banyak mendapat kerugian. Demikian pula, bentuk kata ulang berikut yang sama jenis kesalahannya dengan bentuk kata ulang yang terdapat dalam kalimat di atas;
b. banyak pedagang-pedagang, seharusnya banyak pedagang.
c. banyak yang betul-betulnya, seharusnya banyak yang betul.
d. dua orang buruh-buruh, seharusnya dua orang buruh.  
e. sangat mahal-mahal, seharusnya sangat mahal.
2) Analisis kesalahan reduplikasi kelompok kedua
a. Dia masih anak-anak, sehingga belum dapat diterima di SD.
b. Aku bukan kanak-kanak lagi.
Bentuk kata ulang anak-anak dipakai untuk menunjukkan orang yang belum remaja. Anak remaja sudah mulai memasuki masa dewasa. Itulah sebabnya seseorang yang merasa diri sudah menginjak dewasa dapat berkata, “Aku bukan kanak-kanak lagi,” bila ia merasa tersinggung karena diperlakukan seperti anka kecil.
Bentuk kata ulang anak-anak mengacu kepada anak kecil yang berumur 2 smapai 5 tahun. Dia masih kanak-kanak, sehingga belum dapat diterima di SD. Sekolah untuk anak kecil yang berusia 3 smapai 5 tahun disebut taman kanak-kanak.
Berdasarkan hasil analisis ini, maka bentuk kata ulang anak-anak yang terdapat dalam kalimat, “Dia masih anak-anak ...,” seharusnya, :Dia masih kanak-kanak sehingga belum dapat diterima di SD.” Demikian pula, bentuk kata ulang yang terdapat dalam kalimat, “Aku bukan anak-anak lagi.”
Di samping itu, bentuk kata ulang anak-anak dan kanak-kanak tidaklah berfungsi menyatakan jamak. Hal itu dapat dibuktikan dari kebiasaan orang berbicara dalam kenyataan sehari-hari, seperti seorang ayah yang mempunyai anak empat orang tidak berkata, “Anak-anak saya empat orang,” melainkan, “Anak-anak saya empat orang”.
3)Analis kesalahan reduplikasi kelompok tiga
            a. Sidin memperolokkan-memperolokkan kawannya, sehingga ini
   dimarahinya.
b. Ibu hanya sekali-kali pergi ke kota.
c. Para dokter di rumah-rumah sakit sedang sibuk mengobati penderita
    muntahber.
d. Duta-duta besar di Irak pulang ke negaranya masing-masing.
e. Kedua-duanya orang itu tergolong pencuri kelas kakap.
Bentuk reduplikasi yang terdapat pada kalimat, Sidin “memperolokkan-memperolokkan ...”, tidak tepat sebab morfem meN- pada memperolokkan ialah olok. Kata olok berawal dari fonem vokal /0/, berbeda halnya dengan mengemas-ngemasi. Di sini, nasal morfem meN- diulang pada ngemasi, karena bentuk asal mengemas-ngemasi berawal dengan konsonan. Bentuk asalnya bukan emas melainkan lemas. Jadi, bentuk reduplikasi yang tepat dalam kalimat (1) adalah, “Sidin memperolok-olokkan kawannya, sehingga ia dimarahinya”.
Bentuk reduplikasi yang terdapat pada kalimat, “Ibu hanya sekali-kali pergi ke kota”, tidak tepat. Hal itu disebabkan oleh bentuk dasar reduplikasi sekali-kali adalah sekali. Kata sekali bila diulang, tergolong ke dalam bentuk pengulang seluruhnya yang dimaksud dengan pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubukan afiks. Jadi, bentuk kata ulang yang tepat dalam kalimat (2) adalah “Ibu hanya sekali-sekali pergi ke kota”.
Di samping itu, penggunaan reduplikasi sekali-kali itu timbul karena pengaruh bahasa daerah, bahasa sunda. Bentuk yang tepat adalah sekali-sekali yang berarti ‘jarang’. Kalimat di atas (2) dapat dibetulkan menjadi:
-          Ibu hanya sekali-kali datang.
-          Ibu jartang datang.
Bentuk reduplikasi boleh digunakan dalam pemakaian bahasa. Namun, medan maknanya berbeda. Bentuk reduplikasi sekali-kali dipakai untuk memperkuat larangan (Intensitas Kualitatif), seperti:
-          Jangan sekali-kali berdusta karena orang berdusta itu durhaka.
Selanjutnya, kesalahan reduplikasi yang terdapat dalam kalimat, “Para dokter di rumah-rumah sakit sedang sibuk mengobati penderita mentahber”, yaitu rumah sakit-rumah sakit yang digunakan. Hal itu berdasarkan bentuk kata dasar rumah sakit adalah rumah sakit bukan rumah. Jadi, kesalahan reduplikasi yang terdapat dalam kalimat di atas (3) dapat dibentuk menjadi:
-          Para dokter di rumah sakit-rumah sakit sedang sibuk mengobati penderita muntaber.
4)Analisis kesalahn reduplikasi kelompok keempat
            a. Sepatunya digosokkan samp[ai mengkilap-kilap.
            b. Para pemain PERSIJA merasa uneg-uneg, karena, dikalahkan oleh PSMS
    Medan.
Kata mengkilap-kilap (1), dan uneg-uneg (2) tang terdapat dalam kalimat di atas termasuk kana nonbaku. Jenis kesalahan reduplikasi yang terdapat pada kalimat tersebut bukan disebabkan oleh bentuk reduplikasinya atau pengulangannya, melainkan disebabkan oleh pengaruh bunyi (fonem) bahasa daerah yang melekat pada kata itu. Mengilap bentuk dasarnya kilap. Bila awalan meN-menjadi mengilap bukan mengkilap. Namun kata mengilap tidak pernah kita dengar. Bahasa percakapan yang sering didengar ialah mengkilap. Sama artinya dengan kata mengkilap dalam kalimat contoh di atas. Bentuk kata mengkilat pun sebaliknya diganti dengan berkilat. Jadi biasanya menggunakan kata mengkilap menjadi mengkilat, gunakanlah bentuk berkolap menjadi berkilat. Dengan demikian, bentuk kesalahan reduplikasi yang dipengaruhi oleh bunyi (fonem) bahasa daerah itu dapat dibentuk menjadi:
-          Sepatunya digosoknya sampai berkilat-kilat.
Contoh kesalahan reduplikasi yang sejenis dengan kata di atas adalah bentuk reduplikasi uneg-uneg, seperti yang terdapat dalam kalimat, “Para pemain PERSIJA merasa uneg-uneg, karena dikalahkan oleh PSMS Medan”.
Kata unek-unek berasal dari bahasa Jawa yang berarti perasaan dalam hati (yang tidak enak) yang tidak dapat dikeluarkan, atau tidak dapat keluar dan ditahan saja.

Fonem /g/ yang terdapat pada reduplikasi unek-unek sebaiknya diubah menjadi fonem /k/. Hal itu sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia, yaitu fonem /g/ tidak terdapat pada posisi akhir kata. Dengan demikian, bentuk reduplikasi yang betul dari kalimat (2) di atas adalah “Para pemain PERSIJA merasa unek-unek karena dikalahkan oleh PSMS Medan”.
Load disqus comments

0 comments