Saturday 6 May 2017

ANALISIS KESALAHAN PEMAJEMUKAN

ANALISIS KESALAHAN PEMAJEMUKAN


Proses Pemajemukan
Pandangan para ahli tentang kata majemuk sampai saat ini belum ada kesatuan pendapat. Oleh karena itu, perlu kiranya Anda mengetahui terlebih dahulu proses pemajemukan itu.

   Dalam bahasa Indonesia kerapkali didapati gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Kata yang terjadi dari gabungan dua kata itu lazim disebut kata majemuk. Tiap bahasa memiliki ciri-ciri struktur pemajemukannya sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Samsuri, ciri-ciri struktur majemuk dalam bahasa Indonesia ialah konstruksi yang terdiri atas dua morfem atau dua kata atau lebih yang mengandung pengertian. Dari sudut pandangan tata bahasa tradisional dijelaskan bahan yang dimaksud dengan kata majemuk ialah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung suatu pengertian baru (Badudu, 1976: 8).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kata majemuk ditinjau dari segi struktur ialah kata yang terdiri atas dua kata atau lebih bagai unsurnya. Kata-kata pembentuk kata majemuk itu masing-masing terdiri atas morfem dasar. Di antara kedua morfem dasar itu dapat diselipkan kata lain tanpa menghilangkan sifat hubungan erat makna antara kedua dasar gabung itu. Sebagai contoh: rumah sakit. Antara kata rumah dan kata sakit tidak dapat disisipkan kata yang.
Ditinjau dari segi arti, kata majemuk itu tidak menonjolkan arti kata, tetapi gabungan kata itu bersama-sama membentuk suatu makna baru. Selanjutnya, cara menemukan kata yang tergolong kepada kata majemuk dan yang tidak merupakan kata majemuk. Untuk itu, Anda perhatikan cirri-ciri struktur pemajemukannya dalam konstruksi berikut ini:
        
               I                                               II
                    Sabun mandi                           orang mandi
                    Rumah sakit                            anak sakit
                    Kaki tangan                             kaki meja

   Pada deretan I tidak dapat disisipkan morfem lain, sedangkan pada deretan II dapat. Sebagai contoh konstruksi deretan I.
1.      Sabun mandi, tidak dapat menjadi sabun yang mandi.
2.      Rumah sakit, tidak dapat menjadi rumah yang sakit.
3.      Kaki tangan, tidak dapat menjadi kaki yang tangan.
Contoh konstruksi deretan II
1.      Orang mandi dapat disisipi kata yang, sehingga menjadi orang yang mandi.
2.      Anak sakit dapat disisipi kata yang, sehingga menjadi anak yang sakit.
3.      Kaki meja dapat disisipi kata pada sehingga menjadi kaki pada meja.
Berdasarkan perbedaan kedua konstruksi itu, maka dapat disimpulkan bahwa konstruksi-konstruksi yang terdapat pada deretan I itu termasuk kata majemuk dan yang terdapat pada deretan II termasuk frase.
Endosentrik dan Eksosentrik
   Baik pada konstruksi majemuk maupun frase, ternyata dapat dibedakan antara endosentrik dan eksosentrik. Endosentrik adalah suatu konstruksi yang distribusinya sama denga kedua (ketiga) atau satu di antara unsurnya (Samsuri, 1982: 300). Eksosentrik adalah konstruksi itu berlainan distribusinya dari satu di antara unsur-unsurnya (Samsuri, 1982: 300). Sebagai contoh kita ambil bentukan rumah sakit dan jual beli. Baik bentukan rumah sakit maupun jual beli kedua-duanya merupakan kata majemuk. Namun, kedua bentukan itu berbeda, karena yang pertama merupakan konstruksi endosentrik sedangkan yang kedua merupakan konstruksi eksosentrik.
Contoh kata majemuk endosentrik:
1)      rumah sakit à Rumah sakit itu telah direnovasi.
2)      rumah             à Rumah itu telah direnovasi.
Contoh kata majemuk eksosentrik:
1)      Jual beli à Mereka sedang bertransaksi jual beli.
2)      jual à Kata jual tidak dapat dibentuk dalam kalimat, “Mereka sedang bertransaksi jual.”
3)      beli à Kata beli tidak dapat dibentuk dalam kalimat, ”Mereka sedang bertransaksi beli.”
Lebih lanjut Gorys Keraf mengemukakan bahwa kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak mengandung satu unsur inti dari gabungan itu. Dengan kata lain kedua-duanya merupakan inti. Sebaliknya bila ada satu unsur yang menjadi inti dari gabungan itu maka sifatnya endosentris.
A.      Contoh Bentuk-bentuk Pemajemukan yang Salah
1)      Pada dasarnya kata majemuk itu dibentuk dalam suatu kesatuan, maka bentuk ulang yang terdiri atas kata majemuk harus diulang keseluruhannya, seperti:
rumah sakit – rumah sakit
rumah makan – rumah makan
sabun mandi – sabun mandi
kaki tangan – kaki tangan
   Tetapi seringkali kita menemukan hal-hal yang sebaliknya, yaitu perulangan itu dilakukan bukan atas keseluruhannya melainkan hanya sebagian saja. Hal inilah yang menimbulkan kesalahan penulisan kata majemuk. Adapun contoh-contoh penulisan kata majemuk yang salah itu ialah:
   rumah – rumah sakit
   sapu – sapu tangan
   sabun – sabun mandi
   kaki – kaki tangan
2)      Kesalahan kata majemuk karena penyimpangan dari ketentuan DM.
Contoh-contoh kesalahan kata majemuk yang menyimpang dari ketentuan hukum DM ialah:
a.       pembantu rektor
b.      asisten wedana
c.       wakil ketua
d.      indah hotel
e.       presiden taksi
f.       pembantu sponsor.
3)      Kesalahan kata majemuk karena pengaruh bahasa asing ialah:
Contoh-contoh kesalahan kata majemuk karena pengaruh bahasa asing ialah:
a.       purbakala
b.      kelompok vokal group
4)      Kesalahan kata majemuk karena afiksasi, contoh:
a.       Penyebaran luas
b.      Pertanggungan jawab
c.       Kedudukan perkara
B.       Analisis Kesalahan dan Pertambahannya
1)      Analisis kesalahan penulisan bentuk kata majemuk
Di atas telah diuaraikan contoh-contoh kesalahan pembentukan kata majemuk. Sekarang tiba gilirannya untuk menganalisis serta membahasnya. Analisis kesalahan yang pertama ialah kesalahan penulisan bentuk kata majemuk yang terdiri atas kata ulanag, seperti: rumah-rumah sakit, sapu-sapu tangan. Penulisan kata majemuk tersebut salah, seharusnya rumah sakit-rumah sakit, sapu tangan-sapu tangan.
Timbulnya kesalahan penulisan bentuk kata majemuk yang terjadi dari kata ulang itu ialah seolah-olah ada gerak yang hendak mempersatukan bentuk-bentuk tersebut menjadi kesatuan, tetapi dalam perulangan tiba-tiba muncul lagi gerak yang bertentangan dengan tadi. Secara structural memang tidak dibenarkan karena kata majemuk itu adalah satu kata. Oleh karena itu, bila kata majemuk itu akan diulang harus seluruh katanya yang diulang, bukan sebagian dari kata itu. Selain itu, sebab-sebab terjadinya pengulangan sebagian itu, karena dalam pemakaian sehari-hari ada kecenderungan untuk mengadakan penghematan pemakaian bahasa.
Gejala penghematan itu memang dapat digunakan apabila gerak yang berlawanan itu tidak membawa perbedaan paham. Dalam hubungan ini, orang semula mengulang kata majemuk tersebut secara keseluruhan, tetapi karena prinsip ekonomis tadi, akhirnya hanya sebagian saja yang diulang.
2)      Analisis kesalahan kata majemuk karena penyimpangan dari ketentuan DM.
Istilah hokum DM rasanya sudah demikian popular bukan hanya di kalangan pelajar dan mahasiswa, melainkan juga di kalangan masyarakat umum. Istilah ini mula-mula digunakan oleh Sutan Takdir Alisyahbana dalam buku tata bahasanya Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, jilid I.
   DM ialah singkatan dari Diterangkan Menerangkan maksudnya ialah bahwa dalam bahasa Indonesia, bagian yang diterangkan selalu terbentuk di depan bagian yang menerangkan baik dalam susunan frase maupun dalam susunan kalimat. Kaidah ini umumnya berlaku bagi bahan-bahan yang termasuk rumpun Austronesia. Bahasa Indonesia dan sebagian besar bahasa-bahasa daerah di Indonesia termasuk rumpun bahasa Austronesia dalam bahasa-bahasa yang termasuk rumpun Indo-Jerman, misalnya bahasa sansekerta, bahasa Inggris, dan Belanda berlaku hukum yang sebaliknya yaitu MD; artinya bagian yang menerangkan selalu terletak di depan bagian yang diterangkan.
Contoh-contoh kata majemuk yang bersusun DM:
               D                                 M
               kamar                          mandi
               rumah                          sakit
               kamar                          makan
               rumah                          makan
               rokok                           keretek
               rokok                           jarum
               meja                             tulis
Namun, dewasa ini muncul pembentukan kata majemuk yang menyimpang dari hukum DM, misalnya:
               M                                             D
               pembantu                                rektor
               pembantu                                dekan
               pembantu                                sponsor
               indah                                       hotel
               wakil                                       ketua
3)      Analisis kesalahan kata majemuk karena pengaruh bahasa asing.
Kata majemuk yang berasal dari bahasa asing, misalnya bahasa Sanskerta seperti:
a.       Perdana mentri yang berarti mentri pertama. Perdana berasal dari bahasa Sanskerta pradhona yang berarti yang duduk di muka.
b.      Maha guru yang berarti ‘guru besar’
c.       Purba kala yang berarti ‘zaman kuno’
Kata majemuk perdana mentri, maha guru, dan purba kala bila ditinjau dari sudut bahasa asalnya, yaitu bahasa Sanskerta cara pembentukannya tepat. Tetapi, bila kata-kata itu ditinjau dari segi pembentukan kata majemuk dalam bahasa Indonesia maka tata cara penulisannya salah.
Contoh kesalahan pembentukan kata majemuk lainnya yang dipengaruhi bahasa asing bahasa Belanda, yang berarti Vice Admiral. Vice Admiral telah dialih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Laksana Muda. Namun, muncul kata majemuk dari kata-kata bahasa Indonesia sendiri, seperti: wakil ketua, pembantu rektor, pembantu dekan, yang berfungsi menduduki jabatan atau pangkat. Tata cara pembentukan kata majemuk tersebut salah, sebab terbentangan dengan aturan bahasa Indonesia. Sebaliknya kata-kata tersebut menjadi: ketua wakil, rektor pembantu, dekan pembantu, dan sebagainya.
Ada pula kesalahan pembentukan kata majemuk yang dipengaruhi bahasa asing itu menjadi berlebih-lebihan (pleonasme), seperti: zaman purbakala, kelompok vokal group. Demikian pula kata kelompok sama artinya dengan group (group dari bahasa Inggris yang berarti kelompok). Kesalahan pembentukan kata majemuk semacam itu berlebih-lebihan (pleonasme).
4)      Analisis kesalahan kata majemuk karena afiksasi
Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan (kata dasar yang mendapat imbuhan), kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan yang berdiri sendiri.
Pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Yang menjadi masalah sekarang ialah bagaimana tata cara penulisan bentuk kata majemuk bila mendapat imbuhan. Tata cara penulisan kata majemuk bila mendapat awalan, atau akhiran, maka penulisannya diserangkaikan dengan kata yang bersangkutan saja. Sedangkan kata majemuk yang sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka seluruhnya dituliskan serangkai. Marilah kita perhatikan contoh berikut.
sebar
disebar
sebarkan
sebar luaskan
disebarluaskan
Dari contoh tersebut, Anda perhatikan cara penulisan kata majemuk sebar luas, bila mendapat akhiran –kan menjadi sebar luaskan, dan bila mendapat awalan di- dan akhiran –kan, maka penulisannya menjadi disebarluaskan. Walaupun demikian, kita masih banyak menemui kesalahan dalam penulisan kata majemuk yang diserangkaikan dengan imbuhan, misalnya: (1) penyebaran luas, (2) pertanggungan jawab, dan (3) kedudukan perkara. Penulisan kata majemuk tersebut salah seharusnya (1) penyebarluasan; (2) pertanggungjawaban, (3) keduduk perkaraan.
Timbul masalah lain, yaitu bagaimana pembentukan kata majemuk yang dituliskan terpisah bagian-bagiannya dan yang dituliskan serangkai?
Duta besar, kereta api cepat, contoh kata majemuk yang dituliskan sendiri-sendiri bagian-bagiannya. Pancawarna, dasawarna, adalah contoh kata majemuk yang dituliskan serangkai.
Morgem panca, dasa, anti, atau maha, merupakan morfem yang tak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, penulisannya diserangkaikan dengan kata yang mengikutinya, seperti pancawarsa, dasawarsa, mahaguru.
Berdasarkan penjelasan tersebut, mahakuasa, mahaesa, mahasiswa dituliskan serangkai, karena maha sebagai unsur gabungan terikat diikuti oleh kata dasar. Akan tetapi kalau yang mengikutinya bukan kata dasar, unsur-unsur itu dituliskan terpisah. Misalnya maha mengetahui, mha mendengar.
Mungkin Anda bertanya, mengapa maha sebagai unsur terikat, jika diikuti bukan kata dasar dituliskan terpisah? Bukankah awalan, misalnya me- jika dihibungkan dengan yang bukan kata dasar tetap dituliskan serangkai? Bukankah awalan me- itu bentuk terikat juga?
Memang benar, me- dan maha, sama-sama unsure terikat. Akan tetapi, antara keduanya ada perbedaan. Me- dapat mengubah bunyi pertama unsure yang mengikutinya misalnya, me- + sulap menjadi mengulap. Sedangkan maha tidak memunyai sifat demikian.
Contoh: maha + siswa menjadi mahasiswa
   Bukan menjadi: maha + siswa à mahanyiwa
Untuk menghindarkan salah pengertian kata majemuk terutama dalam istilah khusus, dpat dituliskan dengan menggunakan tanda hubung. Dengan demikian, dapat dibedakan panjang – gelombang bunyi dengan panjang gelombang bunyi.
   Pembentukan kata majemuk yang sudah dianggap sebagai satu kata, dituliskan serangkai. Misalnya:
1.      wsasalam
2.      manakala
3.      matahari.


Load disqus comments

0 comments