ANALISIS KESALAHAN PEMAJEMUKAN
Proses Pemajemukan
Pandangan para ahli tentang kata majemuk
sampai saat ini belum ada kesatuan pendapat. Oleh karena itu, perlu kiranya
Anda mengetahui terlebih dahulu proses pemajemukan itu.
Dalam bahasa Indonesia kerapkali didapati gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Kata yang terjadi dari gabungan dua kata itu lazim disebut kata majemuk. Tiap bahasa memiliki ciri-ciri struktur pemajemukannya sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Samsuri, ciri-ciri struktur majemuk dalam bahasa Indonesia ialah konstruksi yang terdiri atas dua morfem atau dua kata atau lebih yang mengandung pengertian. Dari sudut pandangan tata bahasa tradisional dijelaskan bahan yang dimaksud dengan kata majemuk ialah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung suatu pengertian baru (Badudu, 1976: 8).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa kata majemuk ditinjau dari segi struktur ialah kata
yang terdiri atas dua kata atau lebih bagai unsurnya. Kata-kata pembentuk kata
majemuk itu masing-masing terdiri atas morfem dasar. Di antara kedua morfem
dasar itu dapat diselipkan kata lain tanpa menghilangkan sifat hubungan erat
makna antara kedua dasar gabung itu. Sebagai contoh: rumah sakit. Antara kata
rumah dan kata sakit tidak dapat disisipkan kata yang.
Ditinjau dari segi arti, kata majemuk
itu tidak menonjolkan arti kata, tetapi gabungan kata itu bersama-sama
membentuk suatu makna baru. Selanjutnya, cara menemukan kata yang tergolong
kepada kata majemuk dan yang tidak merupakan kata majemuk. Untuk itu, Anda
perhatikan cirri-ciri struktur pemajemukannya dalam konstruksi berikut ini:
I II
Sabun
mandi orang
mandi
Rumah
sakit anak
sakit
Kaki
tangan kaki
meja
Pada deretan I tidak dapat disisipkan morfem
lain, sedangkan pada deretan II dapat. Sebagai contoh konstruksi deretan I.
1. Sabun
mandi, tidak dapat menjadi sabun yang mandi.
2. Rumah
sakit, tidak dapat menjadi rumah yang sakit.
3. Kaki
tangan, tidak dapat menjadi kaki yang tangan.
Contoh
konstruksi deretan II
1. Orang
mandi dapat disisipi kata yang, sehingga menjadi orang yang mandi.
2. Anak
sakit dapat disisipi kata yang, sehingga menjadi anak yang sakit.
3. Kaki
meja dapat disisipi kata pada sehingga menjadi kaki pada meja.
Berdasarkan perbedaan kedua konstruksi
itu, maka dapat disimpulkan bahwa konstruksi-konstruksi yang terdapat pada
deretan I itu termasuk kata majemuk dan yang terdapat pada deretan II termasuk
frase.
Endosentrik
dan Eksosentrik
Baik pada konstruksi majemuk maupun frase,
ternyata dapat dibedakan antara endosentrik dan eksosentrik. Endosentrik adalah
suatu konstruksi yang distribusinya sama denga kedua (ketiga) atau satu di
antara unsurnya (Samsuri, 1982: 300). Eksosentrik adalah konstruksi itu
berlainan distribusinya dari satu di antara unsur-unsurnya (Samsuri, 1982:
300). Sebagai contoh kita ambil bentukan rumah sakit dan jual beli. Baik
bentukan rumah sakit maupun jual beli kedua-duanya merupakan kata majemuk.
Namun, kedua bentukan itu berbeda, karena yang pertama merupakan konstruksi
endosentrik sedangkan yang kedua merupakan konstruksi eksosentrik.
Contoh
kata majemuk endosentrik:
1) rumah
sakit à
Rumah sakit itu telah direnovasi.
2) rumah
à
Rumah itu telah direnovasi.
Contoh
kata majemuk eksosentrik:
1) Jual
beli à
Mereka sedang bertransaksi jual beli.
2) jual
à
Kata jual tidak dapat dibentuk dalam kalimat, “Mereka sedang bertransaksi
jual.”
3) beli
à
Kata beli tidak dapat dibentuk dalam kalimat, ”Mereka sedang bertransaksi
beli.”
Lebih lanjut Gorys Keraf mengemukakan
bahwa kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak
mengandung satu unsur inti dari gabungan itu. Dengan kata lain kedua-duanya
merupakan inti. Sebaliknya bila ada satu unsur yang menjadi inti dari gabungan
itu maka sifatnya endosentris.
A. Contoh
Bentuk-bentuk Pemajemukan yang Salah
1) Pada
dasarnya kata majemuk itu dibentuk dalam suatu kesatuan, maka bentuk ulang yang
terdiri atas kata majemuk harus diulang keseluruhannya, seperti:
rumah sakit – rumah
sakit
rumah makan – rumah
makan
sabun mandi – sabun
mandi
kaki tangan – kaki tangan
Tetapi seringkali kita menemukan hal-hal yang
sebaliknya, yaitu perulangan itu dilakukan bukan atas keseluruhannya melainkan
hanya sebagian saja. Hal inilah yang menimbulkan kesalahan penulisan kata
majemuk. Adapun contoh-contoh penulisan kata majemuk yang salah itu ialah:
rumah – rumah sakit
sapu – sapu tangan
sabun – sabun mandi
kaki – kaki tangan
2) Kesalahan
kata majemuk karena penyimpangan dari ketentuan DM.
Contoh-contoh
kesalahan kata majemuk yang menyimpang dari ketentuan hukum DM ialah:
a. pembantu
rektor
b. asisten
wedana
c. wakil
ketua
d. indah
hotel
e. presiden
taksi
f. pembantu
sponsor.
3) Kesalahan
kata majemuk karena pengaruh bahasa asing ialah:
Contoh-contoh
kesalahan kata majemuk karena pengaruh bahasa asing ialah:
a. purbakala
b. kelompok
vokal group
4) Kesalahan
kata majemuk karena afiksasi, contoh:
a. Penyebaran
luas
b. Pertanggungan
jawab
c. Kedudukan
perkara
B. Analisis
Kesalahan dan Pertambahannya
1) Analisis
kesalahan penulisan bentuk kata majemuk
Di atas telah diuaraikan contoh-contoh
kesalahan pembentukan kata majemuk. Sekarang tiba gilirannya untuk menganalisis
serta membahasnya. Analisis kesalahan yang pertama ialah kesalahan penulisan
bentuk kata majemuk yang terdiri atas kata ulanag, seperti: rumah-rumah sakit,
sapu-sapu tangan. Penulisan kata majemuk tersebut salah, seharusnya rumah
sakit-rumah sakit, sapu tangan-sapu tangan.
Timbulnya kesalahan penulisan bentuk
kata majemuk yang terjadi dari kata ulang itu ialah seolah-olah ada gerak yang
hendak mempersatukan bentuk-bentuk tersebut menjadi kesatuan, tetapi dalam
perulangan tiba-tiba muncul lagi gerak yang bertentangan dengan tadi. Secara
structural memang tidak dibenarkan karena kata majemuk itu adalah satu kata.
Oleh karena itu, bila kata majemuk itu akan diulang harus seluruh katanya yang
diulang, bukan sebagian dari kata itu. Selain itu, sebab-sebab terjadinya
pengulangan sebagian itu, karena dalam pemakaian sehari-hari ada kecenderungan
untuk mengadakan penghematan pemakaian bahasa.
Gejala penghematan itu memang dapat
digunakan apabila gerak yang berlawanan itu tidak membawa perbedaan paham.
Dalam hubungan ini, orang semula mengulang kata majemuk tersebut secara
keseluruhan, tetapi karena prinsip ekonomis tadi, akhirnya hanya sebagian saja
yang diulang.
2) Analisis
kesalahan kata majemuk karena penyimpangan dari ketentuan DM.
Istilah
hokum DM rasanya sudah demikian popular bukan hanya di kalangan pelajar dan mahasiswa,
melainkan juga di kalangan masyarakat umum. Istilah ini mula-mula digunakan
oleh Sutan Takdir Alisyahbana dalam buku tata bahasanya Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia, jilid I.
DM ialah singkatan dari Diterangkan
Menerangkan maksudnya ialah bahwa dalam bahasa Indonesia, bagian yang
diterangkan selalu terbentuk di depan bagian yang menerangkan baik dalam
susunan frase maupun dalam susunan kalimat. Kaidah ini umumnya berlaku bagi
bahan-bahan yang termasuk rumpun Austronesia. Bahasa Indonesia dan sebagian
besar bahasa-bahasa daerah di Indonesia termasuk rumpun bahasa Austronesia
dalam bahasa-bahasa yang termasuk rumpun Indo-Jerman, misalnya bahasa
sansekerta, bahasa Inggris, dan Belanda berlaku hukum yang sebaliknya yaitu MD;
artinya bagian yang menerangkan selalu terletak di depan bagian yang
diterangkan.
Contoh-contoh
kata majemuk yang bersusun DM:
D M
kamar mandi
rumah sakit
kamar makan
rumah makan
rokok keretek
rokok jarum
meja tulis
Namun,
dewasa ini muncul pembentukan kata majemuk yang menyimpang dari hukum DM,
misalnya:
M D
pembantu rektor
pembantu dekan
pembantu sponsor
indah hotel
wakil ketua
3) Analisis
kesalahan kata majemuk karena pengaruh bahasa asing.
Kata
majemuk yang berasal dari bahasa asing, misalnya bahasa Sanskerta seperti:
a. Perdana
mentri yang berarti mentri pertama. Perdana berasal dari bahasa Sanskerta
pradhona yang berarti yang duduk di muka.
b. Maha
guru yang berarti ‘guru besar’
c. Purba
kala yang berarti ‘zaman kuno’
Kata majemuk perdana mentri, maha guru,
dan purba kala bila ditinjau dari sudut bahasa asalnya, yaitu bahasa Sanskerta
cara pembentukannya tepat. Tetapi, bila kata-kata itu ditinjau dari segi
pembentukan kata majemuk dalam bahasa Indonesia maka tata cara penulisannya
salah.
Contoh kesalahan pembentukan kata
majemuk lainnya yang dipengaruhi bahasa asing bahasa Belanda, yang berarti Vice
Admiral. Vice Admiral telah dialih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
Laksana Muda. Namun, muncul kata majemuk dari kata-kata bahasa Indonesia
sendiri, seperti: wakil ketua, pembantu rektor, pembantu dekan, yang berfungsi
menduduki jabatan atau pangkat. Tata cara pembentukan kata majemuk tersebut
salah, sebab terbentangan dengan aturan bahasa Indonesia. Sebaliknya kata-kata
tersebut menjadi: ketua wakil, rektor pembantu, dekan pembantu, dan sebagainya.
Ada pula kesalahan pembentukan kata
majemuk yang dipengaruhi bahasa asing itu menjadi berlebih-lebihan (pleonasme),
seperti: zaman purbakala, kelompok vokal group. Demikian pula kata kelompok
sama artinya dengan group (group dari bahasa Inggris yang berarti kelompok).
Kesalahan pembentukan kata majemuk semacam itu berlebih-lebihan (pleonasme).
4) Analisis
kesalahan kata majemuk karena afiksasi
Kita mengenal bentuk kata dasar, kata
turunan (kata dasar yang mendapat imbuhan), kata ulang, dan kata majemuk. Kata
dasar ditulis sebagai satu kesatuan yang berdiri sendiri.
Pada kata turunan, imbuhan (awalan,
sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Yang menjadi masalah
sekarang ialah bagaimana tata cara penulisan bentuk kata majemuk bila mendapat
imbuhan. Tata cara penulisan kata majemuk bila mendapat awalan, atau akhiran,
maka penulisannya diserangkaikan dengan kata yang bersangkutan saja. Sedangkan
kata majemuk yang sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka seluruhnya
dituliskan serangkai. Marilah kita perhatikan contoh berikut.
sebar
disebar
sebarkan
sebar luaskan
disebarluaskan
Dari contoh tersebut, Anda perhatikan
cara penulisan kata majemuk sebar luas, bila mendapat akhiran –kan menjadi
sebar luaskan, dan bila mendapat awalan di- dan akhiran –kan, maka penulisannya
menjadi disebarluaskan. Walaupun demikian, kita masih banyak menemui kesalahan
dalam penulisan kata majemuk yang diserangkaikan dengan imbuhan, misalnya: (1)
penyebaran luas, (2) pertanggungan jawab, dan (3) kedudukan perkara. Penulisan
kata majemuk tersebut salah seharusnya (1) penyebarluasan; (2)
pertanggungjawaban, (3) keduduk perkaraan.
Timbul masalah lain, yaitu bagaimana
pembentukan kata majemuk yang dituliskan terpisah bagian-bagiannya dan yang
dituliskan serangkai?
Duta besar, kereta api cepat, contoh
kata majemuk yang dituliskan sendiri-sendiri bagian-bagiannya. Pancawarna,
dasawarna, adalah contoh kata majemuk yang dituliskan serangkai.
Morgem panca, dasa, anti, atau maha,
merupakan morfem yang tak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, penulisannya
diserangkaikan dengan kata yang mengikutinya, seperti pancawarsa, dasawarsa,
mahaguru.
Berdasarkan penjelasan tersebut,
mahakuasa, mahaesa, mahasiswa dituliskan serangkai, karena maha sebagai unsur
gabungan terikat diikuti oleh kata dasar. Akan tetapi kalau yang mengikutinya
bukan kata dasar, unsur-unsur itu dituliskan terpisah. Misalnya maha
mengetahui, mha mendengar.
Mungkin Anda bertanya, mengapa maha
sebagai unsur terikat, jika diikuti bukan kata dasar dituliskan terpisah?
Bukankah awalan, misalnya me- jika dihibungkan dengan yang bukan kata dasar
tetap dituliskan serangkai? Bukankah awalan me- itu bentuk terikat juga?
Memang benar, me- dan maha, sama-sama
unsure terikat. Akan tetapi, antara keduanya ada perbedaan. Me- dapat mengubah
bunyi pertama unsure yang mengikutinya misalnya, me- + sulap menjadi mengulap.
Sedangkan maha tidak memunyai sifat demikian.
Contoh:
maha + siswa menjadi mahasiswa
Bukan menjadi: maha + siswa à
mahanyiwa
Untuk
menghindarkan salah pengertian kata majemuk terutama dalam istilah khusus, dpat
dituliskan dengan menggunakan tanda hubung. Dengan demikian, dapat dibedakan
panjang – gelombang bunyi dengan panjang gelombang bunyi.
Pembentukan kata majemuk yang sudah dianggap
sebagai satu kata, dituliskan serangkai. Misalnya:
1. wsasalam
2. manakala
3. matahari.
0 comments